Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berharap, upayanya mendorong penurunan suku bunga kredit akan menghasilkan Net Interest Margin (NIM) perbankan nasional lebih rendah dari pada bank di Thailand. Saat ini, rata-rata NIM bank di Thailand berkisar 2,5 persen.
"NIM bank di Indonesia berapa? Diatas 5 persen atau rata-rata 5,5 persen. Supaya bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), NIM kita tidak boleh lebih dari Thailand," tutur Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Kamis (28/4).
Sebagai informasi, NIM adalah selisih bunga kredit dengan bunga simpanan nasabah. Rasio NIM menggambarkan keuntungan yang diperoleh bank. Ini berarti, semakin besar NIM bank, semakin besar keuntungannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, di sisi lain, tingginya NIM bank juga berarti semakin rendahnya efisiensi bank dalam mengelola likuiditas. Nah, di Indonesia, perbankannya meraup NIM tertinggi dibandingkan bank-bank di negara lain.
Jangan heran apabila industri keuangan Tanah Air banyak dilirik investor asing. Ceruk pasarnya yang besar dan tingginya tingkat keuntungan bank di Indonesia menjadi daya tarik bagi investor di sektor keuangan.
"Tidak mudah untuk menurunkan NIM ini. Harus pelan-pelan dimulai, salahsatunya melalui insentif pembukaan jaringan. Ini agar bank meningkatkan efisiensi mereka. Ujungnya untuk mendorong penurunan suku bunga kredit," terang Nelson.
Mulia E. Siregar, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK bilang, butuh waktu untuk merampingkan NIM bank di Indonesia. Pasalnya, saat ini, perbankan nasional banyak menikmati laba tinggi yang berasal dari NIM tinggi.
"Ya, butuh waktu lah, tidak bisa sebentar. Perbankan perlu didorong untuk efisien terlebih dahulu agar dapat menurunkan suku bunga kredit. Kami harapkan, suku bunga single digit bisa akhir tahun. Lalu, pelan-pelan mengarahkan NIM turun," pungkasnya.
(ags)