Jakarta, CNN Indonesia -- Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyindir bank-bank yang gemar beraktivitas
proprietary trading (
prop trading). Menurut dia, bank-bank tersebut telah mengabaikan peran dan fungsi utamanya sebagai intermediari.
Prop trading merupakan transaksi perdagangan instrumen investasi, seperti saham, obligasi, mata uang asing dan komoditas. Transaksi ini dilakukan untuk kepentingan bank itu sendiri, bukan untuk nasabah.
“Hasil
surveillance (pengamatan) yang kami lakukan menunjukkan, aktivitas
prop trading dalam pasar valuta asing oleh beberapa bank nampak lebih dominan jika dibandingkan dengan peran bank-bank tersebut sebagai lembaga intermediasi,” ujarnya, dalam pembukaan
Association Cambiste Internationale World Congress 2016, di Jakarta, Jumat (29/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, belajar dari krisis keuangan global yang terjadi, Muliaman mengungkapkan, studi empiris International Monetary Fund (IMF) pada 2014 menyebut, setidaknya ada empat faktor yang mendorong terjadinya krisis.
Pertama, terkait dengan peningkatan kredit yang tidak dibarengi dengan standar pemberian kredit yang baik, sehingga menciptakan kredit masalah dalam jumlah besar. Kedua, apresiasi nilai aset yang berlangsung sangat cepat, khususnya di sektor properti.
Ketiga, yakni terkait dengan penciptaan instrumen-instrumen keuangan baru yang kompleks dengan sejumlah risiko yang belum dipahami dan tidak dikelola dengan baik. Keempat, liberalisasi dan deregulasi sektor keuangan yang memungkinkan bauran antara bank investasi dengan bank komersial belum seimbang.
“Pendalaman pasar keuangan akan membahayakan stabilitas sektor jasa keuangan, apabila tidak dibarengi dengan tersedianya infrastruktur yang sepadan, termasuk pengaturan dan pengawasan yang memadai, serta penerapan manajemen risiko yang
robust,” tutur Muliaman.
(gen)