Bursa Global Lesu, IHSG Diprediksi Melemah

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 02 Mei 2016 07:57 WIB
Di sisi lain, adanya berita fraksi baru yang mulai berlaku pada awal Mei diharapkan mampu menjadi katalis positif jelang diumumkannya data inflasi.
Adanya berita fraksi baru yang mulai berlaku pada awal Mei diharapkan mampu menjadi katalis positif jelang diumumkannya data Inflasi Indonesia. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi kembali bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini karena minimnya sentimen positif di bursa global maupun regional Asia.

Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan pada perdagangan Senin (2/5) IHSG memiliki level support di 4.784-4.811 dan resisten 4.859-4.882. Menurutnya laju IHSG sempat berada di area target support 4.804-4.832, namun masih di bawah area target resisten di 4.878-4.896.

“Skenario pelemahan kami kembali terjadi meski kami tidak berharap demikian. Belum adanya sentimen positif yang mampu membawa IHSG berbalik arah membuat IHSG masih terpenjara dalam zona merah,” ujarnya dalam riset, Minggu (1/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi, lanjutnya, dari bursa saham global juga belum memberikan sentimen yang cukup positif. Meski secara tren masih berpeluang melanjutkan pelemahan, namun diharapkan masih ada sentimen positif untuk mencegah penurunan lebih lanjut.

Ia menjelaskan, dalam perdagangan sebelumnya, awan positif belum berpihak pada laju IHSG dimana masih melanjutkan pelemahan. Laju bursa saham Asia yang cenderung melemah setelah merespon sikap bank sentral Jepang yang terkesan tidak menambah stimulus untuk mengangkat ekonomi Jepang turut berimbas pada laju IHSG.

“Menutup akhir pekan kemarin, laju IHSG masih berada di zona merah. Belum adanya katalis positif serta berakhirnya masa pencatatan kinerja emiten di kuartal I 2016 membuat para pelaku pasar masih enggan untuk melakukan aksi beli nya dalam jumlah besar,” jelasnya.

Reza menambahkan, memasuki bulan Mei, nampaknya masih dihinggapi awan mendung bagi para investor mengingat istilah “sell in May and go away” kini menghinggapi para pelaku pasar meskipun kami nilain kondisi tersebut tidak sepenuhnya benar terutama untuk pasar saham Indonesia.

“Tetapi, dengan adanya berita fraksi baru yang mulai berlaku pada awal Mei diharapkan dapat menjadi katalis positif jelang diumumkannya data Inflasi Indonesia bulan April,” katanya.

Dari bursa global, Reza menilai pasca mengalami kenaikan seteah merespon pengumuman The Fed yang akhirnya belum akan menaikan suku bunga acuannya, indeks harga di bursa saham AS berakhir melemah di akhir pekan. Hal itu terjadi setelah saham-saham ritel terimbas negatif oleh data pengeluaran konsumen yang lemah sehingga menyeret saham-saham AS lebih rendah.

“Penurunan saham ritel setelah data AS menunjukkan orang-orang AS terlihat mengetatkan pengeluaran,” katanya.

Selain itu, Reza menjelaskan, angka akhir sentimen konsumen untuk April 2016 turun menjadi 89,0 dari 91,0 pada Maret. The Fed akan kembali mengadakan rapat pada 14-15 Juni dengan pertimbangan data ketenagakerjaan AS akan kian membaik. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER