Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya membentuk Komite Gabungan untuk mengawal rencana pembangunan dan pengembangan Blok Gas Abadi Masela di Maluku.
Komite Gabungan yang bekerja di bawah pimpinan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli itu melibatkan sejumlah instansi pemerintah terkait, di antaranya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), SKK Migas, dan BPH Migas.
"Menteri-menteri akan rapat khusus untuk Blok Masela ini. Kami bekerja untuk membantu Kementerian ESDM dan SKK Migas agar lebih terintegrasi," ujar Rizal dalam keterangan resminya, Rabu (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rizal, proyek di Blok Masela merupakan upaya mengubah paradigma dalam hal pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Selama ini, pemanfaatan ekonomi dari sumber daya alam lebih mengandalkan cara eksploitasi bahan baku untuk kemudian diekspor.
Model pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi pada 'keruk-ekspor' itu dianggap telah menekan pertumbuhan ekonomi rendah, yakni sekitar 5-7 persen dengan kualitas pertumbuhan yang juga rendah.
"Jika paradigma lama masih dipakai, katakanlah kita hanya bisa menghasilkan US$2,5 miliar. Tetapi dengan menerapkan sistem industri yang terintegrasi, kami optimistis, bisa mengembangkan nilainya hingga US$8 miliar," kata Rizal.
Pada praktiknya nanti, lanjut Rizal, pengembangan Blok Masela akan turut mengedepankan pengelolaan bahan mentah hasil eksploitasi untuk diolah menjadi produk jadi.
Dengan cara ini, ia meyakini hasil produksi yang diolah di Blok Masela akan menghasilkan lebih banyak pendapatan ketimbang mengandalkan cara bisnis ekspor bahan mentah.
"Hasil Blok Gas Abadi Masela sebagian besar harus digunakan sebagai bahan industri petrokimia yang multiplier efeknya juga akan menampung ratusan tenaga kerja," pungkasnya.
(bir)