Menkeu Andalkan Sukuk untuk Tutup Defisit Tahun Ini

Dinda Audriene | CNN Indonesia
Senin, 16 Mei 2016 10:58 WIB
Awal bulan ini, pemerintah menarik pembiayaan Rp6,32 triliun dari pasar obligasi melalui lelang lima seri SBSN atau sukuk negara dengan beragam tenor.
Awal bulan ini, pemerintah menarik pembiayaan Rp6,32 triliun dari pasar obligasi melalui lelang lima seri SBSN atau sukuk negara dengan beragam tenor. (REUTERS/Darren Whiteside).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro memberi sinyal pemerintah akan memperbanyak penerbitan surat utang berbasis syariah (sukuk) untuk menutup kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini.

Menurut Bambang, instrumen pembiayaan sukuk akan membina hubungan yang baik antara debitur dan kreditur.

"Tujuan menggunakan model bisnis ini pada kreditor atau peminjam dengan hubungan yang baik. Sebagian besar badan pembiayaan Islam ini mampu untuk mengentaskan kemiskinan, memerangi ketidaksetaraan," kata Bambang saat diskusi Islamic Development Bank (IDB) di Jakarta, Senin (16/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, para pemimpin dunia sepakat untuk membuat sasaran yang lebih jauh lagi untuk melihat pembangunan dengan perspektif yang berbeda. Melalui sukuk ini, dunia dapat mencapai tujuan bersama untuk mengentaskan kemiskinan dan menjaga ekonomi yang seimbang.

"Sukuk berperan penting untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia, kereta api, dan pembangunan jalan raya," jelasnya.

Awal bulan ini, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menarik pembiayaan sebesar Rp6,32 triliun dari pasar obligasi melalui lelang lima seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara dengan beragam tenor.

Varian sukuk negara yang dilelangkan adalah seri SPNS04112016 (new issuance) dengan tenor tujuh bulan, PBS009 (reopening) jatuh tempo 25 Januari 2018, PBS006 (reopening) jatuh tempo 15 September 2020, PBS011 (reopening) jatuh tempo 15 Agustus 2023, dan PBS012 (reopening) jatuh tempo 15 November 2031.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu menyatakan, meski total penawaran yang masuk mencapai Rp13,24 triliun tetapi yang dimenangkan kurang dari separuhnya.

"Total nominal yang dimenangkan dari kelima seri yang ditawarkan tersebut adalah Rp6,325 triliun," tulis DJPPR dalam situs resminya.

Penawaran tertinggi tertuju pada seri PBS009, yakni mencapai Rp5,39 triliun atau 5,39 kali lipat dari nominal yang dimenangkan Rp1 triliun. Untuk seri ini, rata-rata imbal hasil (yield) yang dimenangkan sekitar 7,4 persen dengan tingkat imbalan 7,75 persen.

Penawaran terbesar kedua adalah SPNS04112016 dengan imbalan diskonto, yakni sebesar Rp1,75 triliun. Namun yang dimenangkan hanya Rp710 miliar dengaan rata-rata yield 5,66 persen sehingga terjadi kelebihan penawaran 2,47 kali.

Selanjutnya adalah seri PBS006, dari total penawaran yang masuk Rp1,73 triliun yang dimenangkan sebesar Rp1,16 triliun. Adapun imbalan yang diberikan sebesar 8,25 persen dengan rata-rata yield yang dimenangkan 7,66 persen.

Sementara seri PBS011 dimenangkan Rp1,66 triliun dari total penawaran yang masuk Rp1,75 triliun. Sukuk jangka panjang ini diganjar imbalan 8,75 persen dengan rata-rata yield 7,93 persen.

Terakhir adalah sukuk seri PBS012, dimenangkan Rp1,79 triliun dari total penawaran masuk Rp2,61 triliun. Sukuk bertenor paling lama ini diberikan imbalan sebesar 8,87 persen dengan rata-rata yield yang dimenangkan 8,15 persen. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER