Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah kredit bermasalah PT Bank Mandiri Tbk mencapai Rp15 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini. Dengan demikian, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) bank pelat merah itu naik 1,08 persen dibandingkan kuartal I 2015 menjadi 2,89 persen per akhir Maret 2016.
Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoamodjo menjelaskan meningkatnya NPL lebih banyak disebabkan oleh menurunnya aktivitas bisnis mayoritas debitur yang selama ini bergantung pada sektor komoditas. Selain itu, meningkatnya jumlah debitur yang tidak mampu membayar kredit menambah besar NPL Bank Mandiri.
Kenaikan NPL terbesar terjadi pada kredit komersial, dari 2,6 persen pada akhir 2015 menjadi 4,4 persen pada Maret lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini sektor (usahanya) nya sedikit melebar, ada yang dari rokok, baja, kertas, tapi kita yakin tahun ini kita bisa konsolidasi sehingga tahun depan pertumbuhan aset kita bisa lebih sehat," ujar pria yang akrab disapa Tiko dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (16/5).
Direktur Mandiri, Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, jika dijabarkan secara nominal, jumlah kredit macet yang dimiliki Mandiri tercatat sebanyak Rp15 triliun selama kuartal I 2016. Akibatnya, Bank Mandiri harus menyisihkan dana cadangan (provisi) sebesar Rp22,5 triliun untuk memitigasi kredit bermasalah sampai akhir tahun.
Alhasil, lanjutnya, laba perseroan turun sebesar Rp1,32 triliun selama periode Januari-Maret 2016 menjadi Rp3,8 triliun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Akhir tahun ini laba mungkin agak sedikit menurun tahun, cuma itu tergantung dari provisi yang harus kita prioritaskan dari sekarang sampai akhir tahun," jelasnya.
Untuk mengatasi risiko gagal bayar, Ahmad Siddik mengatakan, perseroan telah membentuk divisi khusus untuk melakukan analisis dan mitigasi kenaikan NPL. Dia menambahkan upaya perbaikan dilakukan seperti merestrukturisasi perjanjian kredit untuk memperbaiki catatan merah kinerja keuangan perseroan. Restrukturisasi dilakukan mulai dari renegosiasi tingkat bunga hingga memperpanjang tenor.
"Karena untuk NPL komersial itu butuh waktu untuk menyelesaikannya, bukan cuma sebulan dua bulan, kalau misalnya kita restrukturisasi itu juga butuh waktu prosesnya nya," katanya.
Direktur Treasury & Markets Bank Mandiri Pahala Mansuty optimistis rasio kredit bermasalah akan menurun didongkrak oleh pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, implementasi kebijakan pengampunan pajak diharapkan sukses mendatangkan dana repatirasi dari luar dalam negeri sehingga mampu mendongkrak likuiditas bank.
"Bayangan kita NPL di kisaran 3 persen hingga akhir tahun jadi kondisinya kita perkirakan lebih baik dari sekarang," kata Pahala.