The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga Juni Mendatang

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 19 Mei 2016 12:22 WIB
Sebelum menaikkan suku bunga, The Fed ingin melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi di kuartal II, tingkat pengangguran serta inflasi yang terjaga.
Sebagian besar petinggi The Fed ingin melihat lebih lanjut tanda-tanda pemulihan ekonomi di kuartal II 2016 dan tingkat pengangguran serta inflasi yang terjaga. (Getty Images/Alex Wong).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) membuka kemungkinan untuk menaikkan kembali suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) pada Juni mendatang. Hal itu tercantum dalam notulensi rapat Dewan Gubernur Bank Sentral (FOMC) 26-27 April lalu yang baru dirilis kemarin, Rabu (18/5), waktu setempat.

Berdasarkan catatan tersebut, sebagian besar petinggi The Fed ingin melihat lebih lanjut tanda-tanda pemulihan ekonomi di kuartal II 2016 dan tingkat pengangguran serta inflasi yang terjaga sebelum menaikan suku bunga acuannya.

“Sebagian besar peserta menilai jika data yang akan datang konsisten dengan pemulihan ekonomi di kuartal II, kondisi pasar tenaga kerja terus menguat, dan tingkat inflasi mendekati target komite 2 persen maka komite layak untuk menaikkan target kisaran FFR pada Juni,” kata Brian F. Madigan, Sekretaris FOMC dalam notulensinya, dikutip Kamis (19/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, FFR ada di level 0,25 - 0,5 persen. Keputusan itu diambil pada FOMC Desember 2015 setelah sebelumnya menahan suku bunga acuannya di level 0 – 0,25 persen selama tujuh tahun.

Dalam catatan itu, para pengambil kebijakan juga semakin yakin tingkat inflasi Amerika akan naik mendekati target 2 persen. Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global juga berkurang.

Kendati demikian, sebagian pengambil kebijakan dalam pertemuan itu khawatir pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika selama kuartal I 2016 dimana pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Amerika hanya mencapai 0,5 persen.

Namun, anggota dewan yang lain juga berargumen bahwa perbaikan pertumbuhan lapangan kerja bisa menjadi tanda membaiknya perekonomian Negeri Paman Sam.

“Sebagian peserta merujuk pada perbaikan pasar tenaga kerja stabil sebagai indikator bahwa percepatan kegiatan ekonomi tidak menurun,” ujarnya.

Kenaikan suku bunga The Fed menjadi perhatian para pengambil kebijakan moneter di berbagai negara, termasuk Indonesia. Risiko kenaikan Fed Fund Rate berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D. W. Martowardojo sebelumnya menilai kebijakan normalisasi moneter Amerika akan menambah sederet risiko perekonomian negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia, selain yang berasal dari perlambatan ekonomi global, kejatuhan harga komoditas dan minyak, serta ancaman deflasi dunia. Oleh karenanya, BI akan berhati-hati dalam mengambil kebijakan moneter.

"Kami juga melihat (kenaikan FFR) ini adalah sesuatu yang perlu kita juga waspadai, karena kondisi dunia ini masih melihat bagaimana Amerika apakah akan ada peningkatan bunga disana,” ujar Agus di kantornya beberapa waktu lalu.

Hari ini, rencananya BI akan kembali mengumumkan suku bunga acuan (BI rate) dan suku bunga terkait usai melakukan Rapat Dewan Gubernur BI yang digelar sejak kemarin. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER