Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) tak akan menurunkan suku bunganya dalam waktu dekat seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China dan beberapa negara lain.
Pasalnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi China diyakini akan meningkatkan risiko terhadap upaya pemulihan ekonomi AS.
"Aku tidak mengharapkan (Komite Pasar Terbuka Federal) akan segera mengambil keputusan dalam situasi ini di mana perlu memangkas suku bunga karena selalu ada risiko resesi. (Ini karena) perkembangan keuangan global dapat menghasilkan perlambatan dalam perekonomian AS," ujar Gubernur The Fed, Janet Yellen seperti dikutip Reuters, Kamis (10/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari pernyataan tadi, Yellen menyatakan pihaknya akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai perubahan suku bunganya.
"Saya pikir Kami ingin berhati-hati untuk tidak melompat ke kesimpulan dini tentang apa yang di pasar untuk ekonomi AS. Saya tidak berpikir itu akan diperlukan untuk menurunkan suku bunga," tambah Yellen.
Sebagaimana diketahui, komentar Yellen tadi merupakan pernyataan pertamanya di depan umum sejak The Fed menaikkan suku bunganya pada Desember.
Dalam sambutannya, Yellen mengakui serangkaian masalah global yang tengah terjadi nyatanya lebih buruk dari analisanya.
Menghadapi kondisi tersebut, pihaknya pun akan menyiapkan strategi keuangan secara keseluruhan dengan cara mempercepat dan mendorong harga saham-saham yang jatuh.
"Perkembangan ini jika mereka terbukti gigih, bisa membebani prospek kegiatan ekonomi dan pasar tenaga kerja. Keuntungan kerja yang sedang berlangsung dan pertumbuhan upah lebih cepat harus mendukung pertumbuhan pendapatan riil karena belanja konsumen," imbuh Yellen.
Oleh karenya, The Fed berharap dengan adanya penyesuaian secara bertahap tadi kegiatan ekonomi akan berkembang pada kecepatan yang moderat di tahun-tahun mendatang.
"Dan indikator pasar tenaga kerja akan terus memperkuat," kata Yellen.
Menyusul pernyataan Yellen, sejumlah bursa AS tercatat mengalami peningkatan pada hari Rabu dibarengi penguatan nilai tukar dolar.
"Yellen tampaknya mempertahankan keyakinannya dalam outlook ekonomi AS dan masih mengantisipasi untuk menaikkan suku," kata Joe Manimbo, analis pasar senior dengan Western Union Business Solutions.
(dim)