Konsumsi Pertamax Naik Karena Selisih Harga BBM Kian Tipis

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Minggu, 22 Mei 2016 14:30 WIB
Dalam setahun terakhir, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen. Semakin tipis selisih harga dengan premium.
Dalam setahun terakhir, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen. Semakin tipis selisih harga dengan premium. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ferdinand Hutahaean, Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia menilai, peningkatan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK), seperti pertamax dan pertalite merupakan hasil strategi pemasaran PT Pertamina yang terus memperkecil selisih harga keduanya dengan premium.

"Sepanjang satu tahun terakhir ini, Pertamina telah menurunkan harga jual pertamax dan pertamax plus sebesar 22-23 persen," ujarnya seperti dikutip ANTARA, Minggu (22/5).

Ia mengungkapkan, selisih harga tersebut telah mempengaruhi tingkat konsumsi pertamax series dan pertalite. Menurut dia, komponen harga sangat berpengaruh pada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam penggunaan bahan bakar minyak (BBM).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat fakta di lapangan, mobil-mobil mewah kerap menggunakan premium yang sebetulnya tidak cocok dengan spesifikasi kendaraan tersebut. Namun, karena faktor harga masih sangat dominan, akhirnya banyak yang tetap membeli premium.

"Dengan selisih harga yang tidak begitu jauh saat ini, maka masyarakat lebih memilih BBM dengan kualitas lebih baik," tutur dia.

Saat ini, peningkatan konsumsi pertamax series belum bisa dinyatakan sebagai akibat dari kesadaran masyarakat. Walaupun, memang faktor itu ikut mempengaruhi, namun relatif sangat kecil.

Pada 15 Mei 2015 lalu, selisih harga pertamax dengan premium tercatat mencapai Rp2.200 per liter. Sementara pada 15 Mei 2016, selisih harga premium dan pertamax tidak lebih dari Rp900 per liter.

Marwan Batubara, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) menerangkan, saat ini, formula harga yang digunakan Pertamina sesuai dengan harga keekonomian. Nah, dengan harga sekarang, wajar masyarakat sudah bisa memilih BBM yang berkualitas.

"Itu artinya pertamax, yang kita tahu memang lebih bagus dari premium. Lagipula, harga BBK saat ini memang tidak terlalu jauh dari premium," katanya.

Dampak lingkungan juga menjadi perhatian masyarakat. Sehingga, meskipun harga lebih mahal dibanding kualitas yang lebih mahal, namun tidak jadi soal dan masih dianggap menguntungkan. Lain cerita apabila harganya terus mendaki.

Rinaldy Dhalimi, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) menambahkan, pertamax dan pertalite memang berbeda untuk kerja mesin mobil atau sepeda motor. Tak heran, kalau harganya murah, masyarakat menjadi beralih.

Pertamina sebelumnya mencatat konsumsi pertamax yang memiliki oktan (RON) 92 meningkat dari 8 ribu kiloliter (KL) per hari menjadi 10 ribu KL per hari. Sementara itu, pertalite, BBM beroktan 90 juga menunjukkan hal yang positif. Hingga April 2016, konsumsi pertalite sudah mencapai 600 ribu KL.

Pertamina per 15 Mei 2016 menurunkan harga pertamax Rp200 per liter untuk seluruh provinsi di Jawa dan Bali menjadi Rp7.350-Rp7.450 per liter dan menurunkan Rp300 per liter untuk daerah lainnya menjadi Rp7.700-Rp10.650 per liter. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER