Bursa AS Menguat Terkerek Kenaikan Harga Minyak

CNN Indonesia
Kamis, 26 Mei 2016 06:05 WIB
Indeks Dow Jones menguat 0,82 persen dan berakhir pada level 17.851,51 poin, sedangkan indeks S&P 500 naik 0,7 persen ke level 2.090,54.
Ilustrasi bursa saham AS. (REUTERS/Brendan McDermid).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Wall Street di AS naik dalam dua sesi berturut pada perdagangan Rabu (25/5), didorong penguatan harga minyak dan sentimen investor yang menjadi lebih nyaman dengan prospek kenaikan suku bunga pada awal bulan depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,82 persen dan berakhir pada level 17.851,51 poin, sedangkan indeks S&P 500 naik 0,7 persen ke level 2.090,54. Sementara indeks Nasdaq Composite naik 0,7 persen menjadi 4,894.89.

Seperti dikutip dari Reuters, jika menggabungkan perdagangan pada Selasa dan Rabu, maka performa indeks S&P 500 tercatat naik 2 persen. Hal itu merupakan penguatan dua hari tertinggi sejak awal Maret.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sektor energi memimpin penguatan dalam sesi terakhir, naik 1,51 persen karena harga minyak naik ke US$50 per barel. Hal itu menyusul laporan dari perkiraan penurunan persediaan minyak mentah AS, menambah harapan aksi jual tajam di sektor komoditas telah berakhir.

Sementara itu, komentar dari para pembuat kebijakan dalam beberapa hari terakhir dan data ekonomi AS yang optimistis telah meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut data FedWatch dari CME Group, para pelaku pasar saat ini bertaruh sebesar 38 persen untuk kenaikan suku bunga pada bulan Juni dan 45 persen pada bulan Juli.

Indeks sektor keuangan S&P naik 1,03 persen dan mengakhiri perdagangan pada titik tertinggi tahun ini. Adapun saham Bank of America, JPMorgan dan Citigroup naik lebih dari 1,5 persen karena diprediksi terdongkrak penaikan suku bunga AS.

"Apa yang Anda lihat adalah pengakuan bahwa ini akan terjadi dan investor semakin nyaman dengan itu. Ada pengakuan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak apa-apa," kata Kurt Brunner, manajer portofolio Swarthmore Group di Philadelphia.

Namun ia mengatakan, ketidakpastian di sekitar referendum Britania Raya pada Juni terkait rencana meninggalkan Uni Eropa, serta pemilihan presiden AS pada November, bisa membatasi keuntungan saham di beberapa bulan ke depan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER