Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen perusahaan minyak dan gas (migas) asal Inggris, BP Indonesia mengungkapkan rencana pengurangan investasi proyek fasilitas
Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh Train III.
BP Indonesia Country Head Dharmawan Samsu mengatakan hal itu bisa dilakukan apabila perusahaannya bisa menegosiasikan tarif jasa pengeboran (
drilling) yang kini permintaannya tengah melesu akibat minimnya kegiatan eksplorasi. Ia berpendapat semakin minim permintaan pengeboran, maka perusahaan penyedia jasa diharapkan mau menerima berapapun pembayaran yang diajukan pengguna jasanya.
"Kondisi ekonomi sedang menurun jadi yang memakai jasa mereka jadi sedikit. Jadi
supply lebih banyak dari
demand, ya sudah harusnya mereka turunkan harganya agar dapat pelanggan," jelas Dharmawan di sela-sela Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex 2016 di Jakarta, Kamis (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika negosiasi ini berhasil, nilai investasi Tangguh Train III bisa hemat dari US$12 miliar ke angka US$8 miliar hingga US$10 milliar. Ia melanjutkan, perusahaan berharap bisa menekan angka investasi hingga ke titik US$8 miliar.
Meski nilai investasinya berkurang, Dharmawan menjamin penghematan tersebut tidak akan mempengaruhi hasil produksi dan rancangan pengembangan Tangguh Train III. Lebih lanjut, status keputusan investasi final (
Final Investment Decision/FID) dari Pemerintah tetap dijadwalkan keluar Juni mendatang.
"Kami tegaskan, bukan investasinya yang dipangkas. Tapi ada optimisasi yang didapat dari penyesuaian market yang kini tengah menurun," kata Dharmawan.
Izin SKK MigasIa menambahkan penyesuaian anggaran yang hendak dilakukan BP Indonesia, membutuhkan persetujuan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas) mengingat anggaran yang dikeluarkan perlu masuk ke dalam
Work Program and Budget (WP&B).
"Tentu apa yang di WP&B itu kan
control dari
cost recovery, ini tentunya perlu dibicarakan lagi ke SKK Migas. Setelah ada tender (penyedia jasa), nanti tendernya kita laporkan," ujar Dharmawan.
Sebagai informasi, proyek Tangguh Train III diharapkan akan bisa berproduksi mulai 2020 dengan total produksi yang diproyeksikan sebesar 3,8 juta ton per tahun. Jika digabungkan dengan proyek Train I dan Train II, maka produksi Tangguh bisa menyentuh 11,4 juta ton per tahun.
Sebanyak 75 persen gas dari Tangguh Train III rencananya akan digunakan untuk mengamankan pasokan bagi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) di Arun (184 MW), Belawan (800 MW), 2 blok PLTGU Muara Karang (1.300 MW), dan tiga blok PLTGU Priok berkapasitas 2.000 MW.
Sementara itu, 25 persen sisanya dibeli oleh perusahaan pembangkit listrik asal Jepang, Kansai Electric Power.