Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) meneken kontrak pembelian listrik (
Power Purchase Agreement/PPA) dari perusahaan pembangkit swasta bertenaga Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk memenuhi listrik di Pulau Sumatera.
Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN, Amir Rosidin mengatakan PPA yang dilakukan memiliki daya sebesar 115 Megawatt (MW). Dengan perjanjian jual beli listrik ini, PLN mengatakan telah mengurangi dua persen dari beban puncak listrik di Pulau Sumatera sebesar 5.250 MW.
"Kami memang sangat membutuhkan energi ini untuk
support energi Sumatera. Program ini jangan sampai berhenti di tengah jalan, dan kami pastikan proyek setiap lapangan terealisasi," jelas Amir, Senin (30/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia merinci adanya 18 PPA yang dilakukan. Perjanjian dengan daya terbesar terdapat pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dengan PT Green Lahat berkapasitas 3 x 3,3 MW yang berlokasi di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Di samping itu, daya PPA terbesar juga dilakukan dengan PT Dempo Sumber Energi dengan besaran 2 x 4,9 MW yang berlokasi di Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Sementara nilai daya PPA terkecil dilakukan PLN dengan perusahaan-perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), diantaranya dengan PT Siringo-Ringo sebesar 1 MW di Sumatera Utara, PT Permata Hijau Sawit sebesar 1 MW di Riau, dan PT Bangka Biogas Sinergy di Bahka Belitung sebesar 2 MW.
Ia berharap, PPA ini bisa segera berlaku dengan batas waktu hingga dua tahun mendatang. Agar realisasi ini tak mengalami hambatan, ia meminta adanya evaluasi setiap tiga bulanan dari General Manager (GM) yang membawahi tiap sub-region.
"Saya harap cepat selesai, dan saya sangat senang nanti akhir Desember, misalnya, akan beroperasi 5 MW di Simeulue dengan EBT. Simeulue sendiri dengan ini sudah 100 persen rasio elektrifikasinya," katanya.
Menurut data PLN hingga Mei 2016, komposisi bauran energi (
energy mix) pada sistem kelistrikan Sumatera terdiri dari tenaga gas sebesar 35,7 persen, batubara 32,6 persen, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 16 persen, panas bumi sebesar 2,7 persen dan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 13 persen.
(gen)