Jakarta, CNN Indonesia -- PT Ciputra Development Tbk menyatakan siap menerbitkan instrumen Dana Investasi Real Estate (DIRE) demi mendapatkan modal yang bisa digunakan perusahaan untuk mendanai kegiatan ekspansinya tahun depan. Namun, manajemen menyatakan masih menunggu kebijakan pemangkasan pajak penghasilan (PPh) dan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pemerintah.
Direktur Keuangan Ciputra Development Tulus Santoso Brotosiswojo menyatakan DIRE baru akan ditawarkan kepada investor jika PPh dan BPHTB sudah diturunkan pemerintah daerah.
"Asal semua infrastruktur siap dan ada investor. Ini kan yang penting investornya yang ada, harus tes pasar dulu. Kemungkinan paling realistis tahun depan," ujar Tulus, Senin (30/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencatat, saat ini total aset komersial Grup Ciputra sebesar Rp15 triliun yang sebagian diantaranya bakal dijadikan penjaminan atas DIRE tersebut. Aset komersial tersebut antara lain mal, hotel, rumah sakit, dan perkantoran.
"Tergantung pasarnya juga, mungkin tahun pertama bisa kami tawarkan DIRE Rp1 triliun, lalu Rp2 triliun. Jadi total potensi aset Rp15 triliun bisa kami manfaatkan,” jelasnya.
Imbal HasilBerbicara imbal hasil atau
yield dari instrumen DIRE di Indonesia, Tulung menghitung saat ini angka yang bisa ditawarkan perusahaan properti penerbitnya masih kurang menarik di mata investor. Surat Utang Negara (SUN) disebutnya masih memberikan imbal hasil yang lebih besar ketimbang DIRE.
"Sekarang
yield SUN sekitar 8 persen. Kalau yield DIRE masih kurang dari 8 persen, ya investor pilih SUN saja atau deposito. Kita ini kan bersaing dengan sesama instrumen investasi di pasar," ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, imbal hasil SUN sendiri sudah pasti bakal dibayarkan pemerintah karena negara yang bertanggung jawab. Berbeda dengan DIRE, di mana berbentuk seperti saham yang imbal hasilnya bisa naik dan turun.