Jakarta, CNN Indonesia -- PT BISI International Tbk (BISI) menargetkan pertumbuhan penjualan sepanjang tahun 2016 mencapai 22 persen sampai 30 persen menjadi sekitar Rp1,87 triliun. Angka tersebut sejalan dengan pertumbuhan penjualan perusahaan pada kuartal I 2016.
Untuk diketahui, penjualan BISI International sepanjang 2015 naik 24,40 persen menjadi Rp1,44 triliun dari Rp1,16 triliun di tahun sebelumnya. Adapun laba bersih tercatat sebesar Rp265,07 miliar, naik signifikan sebesar 59,74 persen dari Rp165,94 miliar di tahun sebelumnya.
"Proyeksi laba bersih juga 22 persen sampai 30 persen, tapi paling tidak 22 persen target kami," ujar Jemmy Eka Putra, Direktur Utama BISI International, Selasa (7/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyatakan, manajemen optimistis dengan target tersebut karena dukungan pemerintah dengan adanya kebijakan swasembada pangan. Dengan begitu, harga dasar gabah akan terbentuk sehingga membantu meningkatkan daya beli petani.
"Jadi petani bisa membeli semua kebutuhan dasar dengan kualitas yang baik," tegasnya.
Selain itu, iklim di Indonesia saat ini dinilai dapat membantu perusahaan. Pasalnya, fenomena La Nina yang saat ini sedang melanda Indonesia membawa pengaruh positif bagi BISI International.
"Tahun lalu itu penanaman terlambat, kalau tahun ini menurut laporan BMKG ada La Nina jadi hujan terus, padahal kemarau. Jadi ini menguntungkan bagi kami," katanya.
Dari sisi internal sendiri, perusahaan akan berusaha untuk menyiapkan produk yang disukai oleh petani, khususnya benih jagung yang masih menjadi andalan BISI International. Dengan begitu, perusahaan pembenihan tanaman dan bisnis holtikultura ini mampu mengatasi kebutuhan para petani.
Ekspansi 2016Perusahaan berencana melakukan ekspansi dengan penambahan rumah kaca (green house) untuk kebutuhan riset dan kemitraan dengan petani yang memproduksi benih holtikultura seperti cabe dan tomat. Di mana benih tersebut harus ditanam di green house.
"Petani harus menanam di rumah kaca, jadi kami akan berinvestasi di rumah kaca," tururnya.
Hingga akhir tahun 2015, perusahaan telah bekerjasama dengan petani untuk produksi benih di Jawa Timur dan Lombok. Total area penanaman seluas 11 ribu hektare dan jumlah petani sebanyak 45 ribu.
Perusahaan mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (
capex) sebesar Rp40,7 triliun tahun ini. Jumlah dana itu akan digunakan untuk kebutuhan mesin, pembangunan
green house, dan biaya operasional. Namun, kebutuhan terbesar adalah pada pengepakan bibit atau kemasan bibit yaitu sekitar Rp30 miliar.
"Lalu Rp6 miliar untuk rumah kaca dan sisanya untuk kebutuhan perusahaan lainnya," jelasnya.
Perusahaan akan menggunakan kas internal untuk keseluruhan kebutuhan belanja modalnya tahun ini. Menurut Jemmy, jumlah kas perusahaan dinilai cukup baik dan tidak memiliki pinjaman dari bank. Dengan begitu, perusahaan dapat begitu leluasa menggunakan kas internal.