Balikpapan, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) melakukan ujicoba pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui pesawat terbang pada pekan ini dari Tarakan, Kalimantan Utara menuju Kecamatan Krayan, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, pengangkutan BBM dengan pesawat harus dilakukan Pertamina mengingat selama ini wilayah Krayan tak pernah tersentuh distribusi BBM Pertamina. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Nunukan juga sering mengeluhkan ketersediaan BBM kepada Perusahaan.
"Langkah ini cukup monumental bagi kami dan Krayan karena selama ini tidak pernah ada BBM yang menjangkau daerah tersebut bahkan sejak Indonesia merdeka. Akhirnya kini BBM untuk mereka bisa kami suplai langsung," ujar Wianda di Balikpapan, Kamis (9/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, selama ini masyarakat Krayan mendapatkan BBM secara ilegal melalui Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Tak jarang, penduduk Krayan mendapatkan harga BBM yang lebih mahal, contohnya solar yang kadang bisa dihargai Rp60 ribu per liter.
"Setelah ini, kami berharap jika pasokan terjamin, maka kami juga bisa lakukan inovasi-inovasi sehingga harga bisa lebih dikendalikan. Khususnya di luar jalur distribusi Pertamina, karena kalau di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Agen Premium dan Minyak Solar (APMS), tentu harganya sama," tambahnya.
Wianda menambahkan, ujicoba pengangkutan BBM tersebut menggunakan satu unit pesawat jenis air tractor yang disewa dari PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air). Pesawat tersebut memiliki kapasitas angkut 4 ribu liter, namun hanya sekitar 1.000 liter diangkut pada percobaan tersebut.
"Karena landasan pacu di lapangan udara Krayan masih banyak rumputnya, sehingga kami hanya bisa angkut 50 persen dari kapasitas maksimalnya," jelas Wianda.
Lebih lanjut, distribusi BBM melalui pesawat ini diharapkan bisa menyediakan 200 kilo liter (kl) per bulan yang terdiri dari Solar sebanyak 50 kl dan Premium sebesar 150 kl. Frekuensi pengangkutannya juga diharapkan bisa sebanyak dua hingga tiga kali per hari, disesuaikan dengan kebutuhan.
Wianda menambahkan, proyek ini akan direplikasi di wilayah Indonesia Timur jika sukses mengingat beban distribusi BBM di sana juga terbilang mahal. Sebagai contoh, ia menjelaskan ongkos distribusi BBM ke Wamena, Papua bisa mencapai Rp17.500 per liter, bahkan bisa mencapai Rp20 ribu per liter di Kabupaten Puncak Jaya.
"Selama ini BBM ke wilayah pelosok Indonesia Timur juga menggunakan pesawat, tapi pengangkutannya bercampur dengan barang-barang kebutuhan pokok. Jika nanti sudah ada pesawat yang dedicated untuk menyalurkan bahan bakar, kami harap suplai lebih terjamin," jelasnya.
(gen)