Balikpapan, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor minyak mentah jenis
sour, setelah perusahaan merampungkan proyek pengembangan kilang Balikpapan, di Kalimantan Timur. Salah satu program
Refinery Development Master Plan (RDMP) kilang Balikpapan adalah meningkatkan kemampuan mengolah berbagai jenis minyak.
Direktur Pengolahan Pertamina, Rachmad Hardadi mengatakan, sejauh ini kilang Balikpapan baru bisa mengolah minyak mentah berjenis
medium heavy yang dijual di pasaran.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan biasanya mengimpor minyak Azeri dari Azerbaijan dan Eastern Siberia-Pacific Ocean (ESPO) dari Rusia. Dari total kapasitas kilang sebesar 230 ribu barel, minyak Azeri mengambil porsi 40 persen dan ESPO sebesar 60 persen dari total pasokan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ketika proyek RDMP telah rampung semuanya, nanti kilang Balikpapan bisa mengolah minyak dengan jenis
sour, atau minyak dengan kadar sulfur tinggi. Maka dari itu, Pertamina segera mencari sumber pasokan minyak mentah lain begitu proyek RDMP ini selesai.
"Karena sampai sejauh ini, kami belum bisa mengolah minyak jenis
sour. Dan kenapa selama ini kami impor, karena kilang kami juga tidak bisa mengolah minyak mentah domestik yang berjenis
sweet," jelas Rachmad di Balikpapan, Kamis (9/6).
Sampai saat ini, tambahnya, perusahaan tengah menjajaki kemungkinan impor minyak jenis sour. Namun, kontrak belum bisa dijalankan jika infrastruktur kilang milik perusahaan belum memadai.
"Kontrak sudah disiapkan dan sudah ada penjajakan. Tapi kebanyakan mereka mensyaratkan infrastruktur yang memang sudah siap. Mungkin nanti kami bisa dapatkan dari Iran atau Arab Saudi, pokoknya dari negara yang memang memproduksi minyak jenis itu," tutur Rachmad.
Selain itu, ia mengatakan kontrak impor minyak baru ini tidak akan dijalankan ketika pelaksanaan RDMP tahap pertama rampung di 2019. Ia mengatakan, kapasitas produksi kilang Balikpapan telah bertambah 130 ribu barel per hari (bph) pada tahun itu, namun teknologi pengolahannya baru akan dipasang pada 2020 dan akan rampung 2022 mendatang.
Sebagai informasi, proyek RDMP kilang Balikpapan terbagi dalam dua fase, yaitu fase peningkatan kapasitas minyak terdistilasi (
Crude Distilate Unit) dari 230 ribu bph menjadi 360 ribu bph. Dilanjutkan dengan fase kedua yaitu peningkatan fleksibilitas serta kualitas produk dari Euro II ke Euro IV.
"Maka dari itu, pengadaan minyak Azeri dan ESPO ini juga akan selesai pada 2022. Setelah itu, baru kita bisa menggunakan minyak jenis
sour yang harganya lebih murah," tuturnya.
RDMP Balikpapan merupakan satu dari empat RDMP yang dilakukan perusahaan hingga tahun 2022 selain Balongan, Cilacap, dan Dumai. Proyek yang memakan dana US$5,5 miliar ini adalah satu-satunya RDMP yang dibangun perusahaan secara swadaya, sedangkan tiga RDMP lainnya akan bermitra dengan Saudi Aramco.
(gen)