Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II bertekad merebut mayoritas penerbangan transit maskapai-maskapai dari Eropa dan Timur Tengah dari yang sebelumnya mendarat di bandara Changi, Singapura menjadi ke Terminal 3 Ultimate bandara Soekarno-Hatta.
Untuk bisa mengimbangi kecanggihan Changi, manajemen AP II membenamkan investasi Rp7 triliun untuk menyulap kapasitas Terminal 3 menjadi 12 juta penumpang per tahun plus fasilitas pusat perbelanjaan, hotel transit, dan kecanggihan teknologi lainnya.
Direktur Utama AP II Budi Karya Sumadi menjelaskan setidaknya ada lima teknologi kebandarudaraan yang bisa dijumpai para penumpang ketika Terminal 3 mulai beroperasi 20 Juni nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama,
baggage handling system (BHS) Level 5 yang bisa mendeteksi adanya bahan peledak atau bom di barang bawaan penumpang maupun kru pesawat. Jika detektor membaca adanya bom, maka petugas akan langsung memasukkannya ke dalam selimut peredam bom untuk kemudian ditindaklanjuti pihak berwenang.
“Teknologi BHS Level 5 ini mengedepankan rasa aman bagi para penumpang pesawat,” jelas Budi dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (10/6).
Kedua,
airport security system atau ASS yang berfungsi layaknya intelijen. Menurut Budi, ASS menyediakan kecanggihan CCTV yang dapat mendeteksi wajah penumpang pesawat atau pengunjung bandara yang masuk ke dalam daftar pihak berwajib. Dengan teknologi ini, upaya buronan atau tersangka untuk melarikan diri ke daerah lain atau ke luar negeri bisa dicegah.
Ketiga,
fully intelligence building management system. Teknologi ini mengatur agar Terminal 3 menjadi suatu bangunan yang mengusung konsep
eco green, seperti misalnya mengatur pengeluaran air, penggunaan listrik, dan sebagainya.
Keempat, teknologi
rain water system yang memanfaatkan air hujan untuk diolah kembali sehingga bisa digunakan sebagai air bersih.
Kelima melalui teknologi
recycle water system, AP II selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta bisa mengolah air toilet untuk kembali lagi menjadi air toilet sehingga dapat menghemat penggunaan air.
Keenam, sistem penerangan menggunakan teknologi yang mengatur terang dan redup secara otomatis sesuai dengan kondisi cuaca.
Tidak hanya menampilkan teknologi, Terminal 3 juga dilengkapi sejumlah karya seni berkelas tinggi yang membuatnya memadukan estetika dengan teknologi.
(
Lihat juga: Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Lebih 'Nyeni’)
“Harapan kami Soekarno-Hatta dapat lebih baik dari Bandara Internasional Kuala Lumpur di Malaysia, Bandara Suvarnabhumi di Thailand, bahkan Bandara Changi di Singapura,” tegas Budi.
Melalui perpaduan karya seni dan teknologi moderen di Terminal 3 ini, mantan bos PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk ini menargetkan Soekarno-Hatta dapat meraih sertifikasi bandara Bintang-5 Skytrax dari saat ini berstatus Bintang-3.
Persiapan Garuda IndonesiaSementara, PT Garuda Indonesia Tbk yang akan menggunakan Terminal 3 sebagai basis operasinya bersama maskapai internasional lain mengaku tengah mempersiapkan perpindahan operasional penerbangan ke terminal seluas 422.804 meter persegi tersebut.
Vice President Corporate Communications Garuda Indonesia Benny S. Butarbutar mengatakan, proses perpindahan operasional penerbangan ke Terminal 3 akan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan dari segala aspek, termasuk aspek keamanan dan kenyamanan penumpang yang menjadi prioritas utama dalam operasional penerbangan.
“Kami menghendaki dengan perpindahan ini, operasional penerbangan tetap sesuai dengan standar yang ada, baik dari segi keamanan maupun kelancaran pelayanan penumpang” kata Benny.
Ia menambahkan, persetujuan atau verifikasi final perpindahan basis operasional Garuda Indonesia akan memastikan seluruh aturan dalam aspek keamanan dan keselamatan penerbangan tetap terpenuhi.
Saat ini, Garuda Indonesia melayani rata-rata 175 penerbangan setiap harinya dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta, dari total lebih dari 600 penerbangan Garuda Indonesia domestik dan internasional setiap harinya.
(gen)