Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN akan melakukan revaluasi aset yang ditaksir mencapai Rp1,5 triliun. Revaluasi aset ini dilakukan untuk mencukupi modal tahun depan. Maklumlah, BTN tidak mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2016.
"Untuk kecukupan modal tahun depan kan ada rencana revaluasi aset sekitar Rp1,5 triliun. Kemudian, kami ada pertumbuhan laba bersih, juga ada rencana proses sub-debt. Dana-dana ini bisa kami konversi menjadi satu," ujar Maryono, Direktur Utama BTN, Senin (13/6).
Sebagai informasi, angka proyeksi tambahan aset tersebut lebih tinggi dibandingkan hasil revaluasi aset tahun lalu yang sebesar Rp1,3 triliun. Pada 31 Maret 2016, nilai aset BTN mencapai Rp178,4 triliun, naik dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu Rp 171,8 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Maryono, aksi revaluasi aset tersebut bakal memperkuat modal perseroan, sehingga nantinya BTN dapat meningkatkan kontribusi dalam mengakselerasi laju pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit. Saat ini, posisi rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan sebesar 16,50 persen.
Emiten dengan kode BBTN ini merupakan bank yang berfokus menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR). BTN juga ikut andil dalam pembiayaan program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh pemerintah. Hingga kuartal I 2016, BTN sudah menggelontorkan dana sebesar Rp7 triliun untuk program Sejuta Rumah.
Guna mencukupi dana pembiayaan KPR, bank pelat merah tersebut juga berencana menerbitkan obligasi pada semester II tahun ini dengan target dana Rp4 triliun. Obligasi tersebut bakal memiliki tenor di kisaran 10-15 tahun.
"Kami harus cepat, karena ini adalah momentum pendanaan untuk program Sejuta Rumah. Kebanyakan tenor kemungkinan yang 10 tahun. Kami akan melihat pasar ya, nanti bagaimana," imbuh Maryono.
Dari sisi kinerja, BTN mencatat laba bersih pada kuartal I 2016 sebesar Rp491 miliar. Angka tersebut tumbuh 22 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp402 miliar. Adapun, kreditnya tercatat tumbuh 18,9 persen dari Rp120 triliun menjadi sebesar Rp143 triliun.
(bir/gen)