Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) optimistis penjualan produk makanan dan minuman kemasan menembusw Rp1.400 triliun pada tahun ini, tumbuh 7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Namun untuk periode Mei-Juli, GAPMMI memperkirakan rata-rata per bulan tumbuh hingga 30 persen seiring dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat saat puasa dan menjelang lebaran.
“Khusus di bulan Juni ini, kelihatannya lonjakan penjualannya lebih besar dibanding rata-rata (30 persen) itu,” tutur Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman di sela kunjungan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ke pusat perbelanjaan Thamrin City, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Adhi, penjualan produk makanan dan minuman olahan melonjak pada bulan ini seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen untuk menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah.
Terkait pasokan, Adhi menyatakan pelaku industri telah mengantisipasi lonjakan permintaan sejak tiga bulan sebelumnya. Bahkan, sebagian pelaku usaha telah mendahulukan pengiriman pasokan ke luar Pulau Jawa agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan pengamatannya, animo belanja masyarakat tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sementara, harga jual masih tergolong stabil. Bahkan, tidak jarang retailer yang memberikan diskon harga jual produk makanan dan minuman selama Ramadhan.
Menurut Adhi, jika tahun lalu pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan lebih ditopang oleh kenaikan harga yang mencapai kisaran 10-15 persen, tahun ini pertumbuhan industri lebih banyak disebabkan oleh kenaikan volume penjualan.
“Tahun ini kebetulan industri makanan dan minuman itu bagus karena harga tidak naik tetapi Upah Minimum Pekerja kan naik. Jadi otomatis kami merasakan daya beli meningkat,” ujarnya.
(ags)