Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah maraknya perusahaan
e-commerce, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyatakan tengah melirik peluang investasi ke sektor tersebut.
"Kami tertarik. Saat ini kami sudah punya strategi tapi belum bisa di-
sharing. Mungkin satu atau dua bulan lagi kami akan buka," ungkap Presiden Direktur Saratoga Investama Sedaya Michael W.P. Soeryadjaya, Rabu (15/6).
Direktur Saratoga Investama Sedaya Andi Esfandiari menjelaskan bahwa rencana investasi di sektor
e-commerce sudah memasuki pembahasan di level
medium stage. Di mana, Saratoga berniat untuk menanamkan investasi di salah satu
e-commerce lokal tanah air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain rencana itu, Saratoga Investama belum melirik peluang investasi lain. Andi menyatakan perseroan masih fokus pada investasi saham PT Medco Power Indonesia. Dimana Saratoga memiliki saham sebesar 51 persen dan 49 persen lainnya dipegang oleh PT Medco Energy Tbk.
Sebagai informasi Saratoga Investama telah mencatat Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp14,8 triliun dari 22 perusahaan investasi hingga kuartal I 2016. Raihan ini naik dari total NAB sebesar Rp13,3 triliun yang merupakan capaian kuartal IV 2015.
"Naiknya ini karena kami terus mencoba mencari peluang-peluang investasi baru. Terakhir kami meloloskan PT Agra Energi Indonesia dan berhasil mengakuisisi saham PT Batu Hitam Perkasa, pemegang saham Paiton Energy," papar Direktur Saratoga Investama Andi Esfandiari, Rabu (15/6).
Selain itu, pada kuartal I tahun ini, Saratoga Investama mengurangi beban utang dengan membeli kembali exchangeable bonds melalui Delta Investment Horizon Ltd. sebesar US$17,3 juta.
Dengan aksi tersebut, guaranteed exchangeable bonds yang masih terutang sebesar US$82,7 juta dari total US$100 juta.
Dari sisi kinerja keuangan, Saratoga Investama mencatatkan laba bersih senilai Rp235,72 miliar pada kuartal I 2016, atau naik 2.584,73 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp8,78 miliar.
Menariknya, lonjakan laba bersih tersebut berbanding terbalik dengan pendapatan perseroan. Penjualan dan pendapatan usaha tercatat Rp230,95 miliar pada kuartal I atau anjlok hingga 78,49 persen dari Rp1,07 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara, beban pokok penjualan dan pendapatan juga turun menjadi Rp206,39 miliar dari sebelumnya Rp793,60 miliar. Adapun salah satu pendongkrak laba bersih perseroan adalah untung selisih kurs mata uang asing senilai Rp140,85 miliar. Pasalnya, pada kuartal I 2015, perseroan mengalami rugi selisih kurs mata uang asing Rp118,38 miliar.
(gir/gen)