Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Tbk berencana merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam pengajuan RBB terbaru, Bank Mandiri mengubah target pertumbuhan kredit tahun ini dari angka 12-14 persen menjadi 9-10 persen.
"Kalau dari sisi pertumbuhan kredit kita mungkin secara nominal tidak ada revisi, tapi dengan ada perlambatan maka angka pertumbuhan ekspetasi 9 sampai 10 persen untuk kredit," kata Direktur Treasury & Markets Bank Mandiri Pahala Nugraha Mansury, kemarin malam.
Pada kesempatan yang sama Direktur Risk Management & Compliance Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, hingga pertengahan 2016 ada beberapa segmen kredit yang masih mencatatkan kinerja pertumbuhan yang baik, namun ada pula yang melemah. Ia menyebut, salah satu segmen yang masih menunjukkan kinerja baik adalah kredit mikro yang mencatat pertumbuhan di atas 20 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Segmen kredit lain yang mencatatkan kinerja memuaskan adalah kredit kendaraan bermotor (KKB), baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Pahala menuturkan, segmen kredit ini pun mencatatkan pertumbuhan di atas 20 persen.
"Jadi (kredit) mikro tumbuh di atas 20 persen, (kredit) mobil dan motor juga masih di atas 20 persen. Kemudian untuk (kredit) korporasi di bawah dua digit," jelas Siddik.
Ia mengatakan, secara umum pertumbuhan kredit korporasi pada kuartal II 2016 sudah jauh lebih baik.
"Mungkin segmen menengah, kecil, dan bisnis kecil memang belum mengalami pertumbuhan yang signifikan," terang Siddik.
Bank pelat merah tersebut juga akan memperhatikan peningkatan kolektabilitas kredit dari tahap dengan perhatian khusus (Kolektabilitas 2) menjadi kredit kurang lancar (Kolektabilitas 3). Siddik memperkirakan ada kecenderungan NPL akan disumbang dari peningkatan di segmen tersebut.
"Mungkin karena bisnis lesu, nasabah jadi mulai sedikit berat untuk mencicil kreditnya," katanya.
Untuk mengatasi risiko tersebut, Mandiri akan menempuh sejumlah langkah strategis dengan tetap memperhatikan keberlangsungan bisnis nasabah.
"Untuk debitur-debitur yang kooperatif kita lihat apakah bisa dilakukan restrukturisasi atau tidak, artinya dia bisa perpanjang tenor. Kami ingin bisnis mereka tetap jalan," ungkapnya.