Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menilai langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat suku bunga acuan wajar dilakukan di tengah perlambatan penyaluran kredit.
"Kredit itu agak melambat sehingga memang perlu didorong," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, Kamis (16/6).
Berdasarkan catatan BI, kredit hanya tumbuh 8 persen year on year (yoy) pada April 2016 atau melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 8,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain melambatnya pertumbuhan kredit, inflasi yang masih terkendali juga menjadi pertimbangan BI dalam dalam menurunkan BI rate. Meskipun infasi bulan ini diperkirakan naik seiring dengan peningkatan konsumsi saat Ramadan, tetapi trennya diperkirakan masih akan melandai.
Bahkan, menurut Darmin, jika inflasi ke depan masih rendah, peluang BI menurunkan suku bunga acuan masih terbuka. “Tenang saja, kalau inflasinya turun terus masih bisa turun BI rate tapi tunggu saja dulu, jangan buru-buru,” ujarnya.
Mantan Gubernur BI ini menilai kombinasi kebijakan berupa penurunan BI rate dan menjaga stabilitas inflasi bisa meningkatkan konsumsi masyarakat sekitar 5 persen.
“Biasanya, kalau tingkat bunga turun maka konsumsi itu cenderung naik,” ujarnya.
Dari sisi pemerintah, kata Darmin, koordinasi dengan BI akan ditingkatkan dan terus dijaga agar kombinasi kebijakan fiskal, moneter dan makroprudensial dapat mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,5 persen. Selain itu, BI juga menetapkan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate ditetapkan turun sebesar 25 basis poin dari level 5,5 persen menjadi 5,25 persen.
(ags)