Jakarta, CNN Indonesia -- Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) mengatakan perundingan investasi bilateral antara AS dan China terus berlangsung dengan produktif.
Kedua negara masing-masing mengajukan tawaran-tawaran baru pada minggu ini yang menurut juru bicara USTR telah mengubah “daftar negatif” sektor-sektor yang tertutup bagi investasi asing agar kedua negara bisa menyepakati satu traktat investasi bilateral.
“China perlu memperlihatkan pembebasan lebih besar di pasar investasinya, memastikan bahwa perusahaan AS bisa berkompetisi secara berimbang, dan mengatasi prioritas-prioritas penting lain agar bisa tercapai satu traktat investasi bilateral yang saling menguntungkan,” kata jubir USTR lewat pernyataan tertulis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pejabat pemerintah Obama dan perusahaan AS mengeluhkan bahwa China menutup lebih dari 100 sektor bagi investasi AS. Mereka meminta angka ini harus dikurang secara drastis sebelum traktat investasi itu tercapai.
Pejabat China mengatakan bahwa penilaian keamanan AS terkaiat akuisisi perusahaan negara itu oleh China terlalu ketat, terutama untuk investasi sektor teknologi tinggi.
Pernyataan USTR ini tidak secara khusus menyebut sektor-sektor baru yang ditawarkan China untuk terbuka bagi investasi dari AS atau rincian lain terkait penawaran dari Beijing.
Dunia usaha AS sejak lama mengeluhkan pembatasan kepemilikan di sektor-sektor penting China seperti jasa keuangan, asuransi kesehatan, pertanian dan audio-visual.
Sementara kubu China mengeluhkan, akses ke pasar AS yang terbatas di sejumlah sektor seperti transportasi, radio komunikasi, sumber alam dan perusahaan teknologi tinggi.
Menteri Keuangan AS Jack Lew mengatakan, situasi “masih harus dikaji” terkait daftar investasi negatif yang diajukan China itu, dan bahwa posisi Beijing dalam perundingan traktat investasi bilateral merupakan “berometer penting” dalam komitmen China untuk mereformasi ekonomi dan membukanya bagi investasi asing.
Lew juga mengatakan, waktu semakin mendesak untuk mencapai traktat ini di bulan-bulan terakhir pemerintahan Presiden Obama dan traktat ini diharapkan bisa disepakati sebelum pertemuan puncak pemimpin G20 di China awal September mendatang.
(yns)