Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Muamalat Indonesia Tbk akan menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging) guna memitigasi risiko nilai tukar yang timbul dari aktivitas pembiayaan sektor perdagangan (trade finance).
Indra Yurana Sugiarto, Direktur Korporasi dan Komersial Bank Muamalat mengatakan, saat ini, Bank Muamalat fokus menyalurkan pembiayaan di sektor perdagangan. Lantaran, pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang dikantonginya meningkat signifikan dua tahun lalu.
Menurut Indra, pembiayaan ekspor impor lebih mengilap apabila dibandingkan dengan sektor lainnya. "Karena, situasi yang ada saat ini kami coba tingkatkan trade finance. Jika kami lihat dari 2014-2015 fee based income dari trade finance naik dua kali lipat. Yaitu, dari Rp50 miliar jadi Rp100 miliar," ujar Indra, Senin (20/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indra menyebut, perseroan telah mengajukan permohonan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menggunakan fasilitas hedging berprinsip syariah. Jika diamini wasit industri keuangan, perseroan akan mengalokasikan anggaran untuk hedging tahun ini juga.
"Kami banyak nasabah yang melakukan impor kemudian mereka jual lagi dengan rupiah, itu kan ada risiko kurs. Jadi, kami melihat ini penting sekali, sehingga mereka tidak ada posisi exposure dengan risiko kurs, antisipasi terhadap kurs yang turun naik itu bisa di mitigasi," imbuh dia.
Tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan pendapatan berbasis komisi dari aktivitas trade finance sebesar 50 persen. Perseroan menyiapkan strategi dengan memanfaatkan jaringan kantor cabang di daerah yang berpotensi tinggi dalam aktivitas perdagangan. Seperti di Surabaya, Makasar, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
"Kami mulai bangun infrastruktur, mulai merekrut orang-orang yang kompeten di bidangnya. Kami coba perbaiki standard operating procedure (SOP) dan segala hal yang mendukung," pungkasnya.
(bir)