Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi melebur aset PT Reasuransi Internasional Indonesia (ReIndo) dengan PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) menjadi
Perusahaan Reasuransi Nasional (PRN). Dengan merger tersebut, PRN menargetkan pendapatan premi sebesar Rp9 triliun pada 2017 dan berambisi menjadi perusahaan reasuransi terbesar di ASEAN.
"Dengan total aset Rp6 triliun hasil penggabungan ReIndo ke Indonesia Re, maka Indonesia memiliki perusahaan reasuransi yang besar dan kokoh, menjadikan IndonesiaRe sebagai yang terbesar di ASEAN," kata Direktur Utama IndonesiaRe, Frans Y. Sahusilawane, di sela acara peresmian Penggabungan ReIndo ke IndonesiaRe, Kamis (23/6).
Penandatanganan akta penggabungan ReIndo ke IndonesiaRe dilakukan di Kantor Kementerian BUMN yang disaksikan Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survey dan Konsultan Gatot Trihargo, dan Direktur Kepala Eksekutif Pengawas IKBN OJK, Firdaus Jaelani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Frans, dalam proses tahapan penggabungan ReIndo ke IndoseiaRe, sebelumnya telah dilakukan pendirian anak usaha perusahaan PT Reasuransi Syariah Indonesia dalam rangka pengalihan portofolio bisnis reasuransi ReIndo.
Pasca penggabungan ini, maka IndonesiaRe akan mulai beroperasi menjalankan kegiatan bisnis reasuransi yang didukung dua anak usaha yaitu Asuransi Asei Indonesi di bidang asuransi umum dan Reasuransi Syariah Indonesia bidang reasuransi syariah.
"Pembentukan PRN merupakan kebijakan pemerintah untuk menjadi salah satu opsi mengatasi defisit transaksi berjalan," ujarnya.
Dengan adanya perusahaan reasuransi nasional yang besar dan kuat, ia berharap akan mengurangi aliran modal keluar (
capital outflow) premi reasuransi yang diperkirakan mencapai Rp20 triliun setiap tahun.
"Potensi pasar reasuransi di Indonesia sangat besar dari sisi premi, sejalan dengan GDP Indonesia dan rasio penetrasi yang masih lebih rendah dibanding negara lain di ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam," ujar Frans.
Dengan penggabungan tersebut, PRN menargetkan pada tahun 2017 mampu meraup pendapatan premi sekitar Rp9 triliun, naik dari proyeksi premi tahu 2016 sekitar Rp6 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK, Firdaus Djaelani menyebut merger tersebut merupakan cita-cita lama OJK yang baru terealisasi. Lewat merger, OJK berharap kapasitas perusahaan asuransi dan reasuransi Indonesia dapat meningkat sehingga mampu menurunkan angka defisit neraca transaksi berjalan di tahun-tahun mendatang.
Ia menyebut defisit tersebut dipicu oleh kondisi Indonesia yang tak memiliki kapasitas perusahaan reasuransi yang besar selama ini. Bahkan Indonesia, hanya mempunyai empat perusahaan reasuransi. "Selama ini defisit reasuransi itu mencapai Rp20 triliun, kita coba turunkan sebanyak 25 persen atau Rp5 triliun dari posisi yang sekarang," kata Firdaus,
Firdaus berharapa upaya pemangkasan defisit hingga 25 persen tersebut bisa terealisasi dalam kurun 5 tahun kedepan.