Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (29/6). Hal ini karena sentimen
Tax Amnesty yang membuat investor tetap bertahan.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi menyatakan, pada perdagangan kemarin mayoritas bursa Asia ditutup negatif meskipun bergerak cenderung menguat. Sentimen Brexit sendiri disebutnya sudah mulai mereda. Hal ini terlihat dari beberapa mata uang yang mulai menguat.
"Sesi kedua rata-rata bursa Asia bergerak menguat setelah bursa Eropa dibuka mampu menguat setelah mengalami gejolak 2 hari beruntun sejak 2008. Investor berspekulasi dampak dari sentimen Brexit akan memicu pemerintah melakukan pelongaran kebijakan yang pro market," ujar Lanjar dalam riset, dikutip Rabu (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun, IHSG ditutup menguat dengan 46,12 poin (0,95 persen) di level 4.882 kemarin. Penguatan tersebut terjadi karena sentimen Undang-Undang
Tax Amnesty yang telah disetujui pemerintah.
"Perusahaan pada industri otomotif, perbankan, properti dan infrastruktur akan mendapat keuntungan dari kebijakan ini. Diharapkan kedepannya mampu membuat investor domestik kembali melakukan aksi beli setelah sempat pesimis pada 2 hari sebelumnya," paparnya.
Sementara, bursa Eropa menguat pada perdagangan kemarin sehingga menghapus sebagian keterpurukan dalam dua hari beruntun sejak 2008. Hal ini terlihat dari
Indeks harga impor di Jerman yang menguat diatas ekspektasi sebesar 0,9 persen.
Lanjar memprediksi IHSG akan berada dalam rentang
support 4.825 dan resisten 4.920.
"IHSG masih akan mencoba menguat melanjutkan optimisme pasar dengan range pergerakan 4.825-4.920," jelasnya.
Sementara, Reza Priyambada, Head of Research NH Korindo Securities Indonesia memprediksi IHSG akan berada dalam rentang
support 4.830-4.852 dan resisten 4.899-4.921. Menurutnya,
Tax Amnesty memberikan sentimen terhadap pasar modal, di mana investor kembali percaya diri untuk tetap bertahan di pasar, sehingga IHSG diprediksi menguat.
"Tetapi, juga terlihat investor melakukan aksi ambil untung (
profit taking) pada sektor properti dan
switch ke sektor lainnya dengan memanfaatkan sentimen tersebut," terang Reza dalam risetnya.
(gen)