Tax Amnesty, Ekonomi Kuartal IV Diprediksi Tumbuh 5,3 Persen

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 30 Jun 2016 07:55 WIB
Dana hasil repatriasi pengampunan pajak dinilai akan meningkatkan likuiditas pasar dan bakal mendorong kredit serta investasi swasta.
Dana hasil repatriasi pengampunan pajak akan meningkatkan likuiditas dan bakal mendorong kredit serta investasi swasta lebih tinggi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menilai dana repatriasi pemohon pengampunan pajak (tax amnesty) bisa mendongkrak perekonomian. Pada akhir tahun ini, ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh hingga 5,3 persen.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini aliran dana masuk hasil repatriasi aset mampu memperkuat nilai tukar, meningkatkan cadangan devisa negara, dan memperbanyak likuiditas. Hal itu bisa memperbaiki kinerja perekonomian nasional di tengah perlambatan perekonomian global

“Dengan aliran dana yang masuk likuiditas akan lebih banyak. Dengan likuiditas yang lebih banyak maka akan mendorong kredit dan investasi swasta yang lebih tinggi dan akhirnya juga mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya, Rabu (29/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perry memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai 12 persen dengan adanya kebijakan tax amnesty, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit tanpa tax amnesty yang hanya mencapai 10 persen.

“Peningkatan kredit lebih tinggi lagi pada tahun 2017. Tanpa tax amnesty pertumbuhan kredit hanya 13 persen tetapi dengan tax amnesty pertumbuhan kredit bisa mencapai 16 - 17 persen,” ujarnya.

Lebih lanjut, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV tahun ini bisa terdongkrak oleh kebijakan tax amnesty yang diiringi oleh stimulus fiskal dan pelonggaran moneter dan makroprudensial.

"Prediksi Bank Indonesia, (pertumbuhan ekonomi) triwulan IV tahun ini bisa mencapai bisa mencapai 5,3 persen sehingga asumsi APBNP 5,2 persen bisa tercapai tahun ini," ujarnya.

Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menilai aset hasil repatriasi akan mendorong investasi, khususnya investasi swasta.

“Kami berharap repatriasi bisa mendorong investasi swasta, jadi kalau investasi tumbuh cepat maka dampaknya ke pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," tutur Bambang.

Menurut Bambang, perekonomian global saat ini masih mengalami perlambatan.Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, mengalami keterbatasan aliran modal masuk (capital inflow). Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan ekspor komoditas dan relokasi investasi asing untuk menggerakkan perekonomian.

Sementara, lanjut Bambang, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 5,2 persen atau naik dari realisasi pertumbuhan tahun lalu, 4,79 persen. Selain itu, pemerintah juga tengah giat membangun sejumlah proyek infrastruktur.

Aset WNI yang ‘pulang kampung’ merupakan suntikan investasi swasta yang dibutuhkan guna mendorong perekonomian, selain dari konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah.

Diperkirakan, total aset repatriasi yang masuk tahun ini bisa mencapai Rp1.000 triliun.

Sebagai informasi, sesuai Undang-Undang Pengampunan Pajak, dana repatriasi harus ditempatkan pada sejumlah intrumen investasi baik pada instrumen keuangan maupun sektor riil setidaknya tiga tahun.

Adapun jenis investasi yang disiapkan untuk menampung dana repatriasi meliputi surat utang negara, obligasi BUMN dan lembaga pembiayaan milik pemerintah, investasi keuangan di bank persepsi, obligasi swasta yang diawasi OJK, investasi infrastruktur kerjasama pemerintah dan swasta, investasi sektor riil yang sektornya ditentukan pemerintah, dan investasi lain yang sah sesuai perundang-undangan. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER