Jakarta, CNN Indonesia -- Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi tertahan pada perdagangan hari ini, Kamis (14/7), karena akan diwarnai aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar. Selain itu, melemahnya laju bursa saham global diyakini analis turut memberikan sentimen negatif terhadap bursa saham nasional.
David Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital menuturkan, bursa saham global tadi malam diwarnai koreksi. Ia merinci Indeks Eurostoxx di Eropa terkoreksi 0,25 persen ke level 2.926,14 akibat aksi ambil untung.
Sementara di bursa saham AS, indeks bergerak variasi. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,13 persen menjadi 1.8372,12, sedangkan indeks S&P stagnan di level 2.152,43 dan indeks Nasdaq terkoreksi 0,34 persen menjadi 5.005,73.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lalu, harga minyak mentah kembali turun tadi malam di AS hingga 4,4 persen di US$44,75 per barel," papar David dalam risetnya, dikutip Kamis (14/7).
Adapun, IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,67 persen atau 34,4 poin ke level 5.133,93. Posisi IHSG tersebut merupakan yang tertinggi pada tahun ini dan telah menguat 11,8 persen sejak awal 2016. Nilai transaksi perdagangan sebesar Rp7,68 triliun juga melampaui rata-rata nilai transaksi harian sekitar Rp5,84 triliun.
"Ini merupakan penguatan untuk tiga hari perdagangan berturut-turut dan merupakan posisi penutupan tertinggi IHSG sejak perdagangan 3 Juni 2015. Penguatan IHSG ditopang derasnya arus dana asing yang masuk sebagaiman tercermin dari pembelian bersih mencapai Rp864,5 miliar," papar David.
David memprediksi hari ini IHSG akan bergerak di kisaran 5.090-5.160. Menurutnya, aksi ambil untung akan membuat peluang penguatan lanjutan IHSG tertahan.
Aksi ambil untung tersebut, menurutnya, dipicu oleh menurunnya harga minyak mentah. Dengan begitu, profitakig akan bayak terjadi di saham-saham pertambangan yang harganya relatif mahal.
Sementara, Head of Research NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memprediksi IHSG akan mencoba mempertahankan tren penguatannya di level 5.100.
"Penguatan IHSG masih terjadi dimana para pelaku pasar memanfaatkan momentum yang ada di beberapa sektor untuk melakukan aksi belinya," terang Reza dalam risetnya.
Meski begitu, peluang IHSG untuk berbalik melemah masih terbuka karena belum redanya tekanan aksi jual pada saham-saham berkapitalisasi besar, dan juga imbas dari melemahnya laju bursa saham global.
Tak hanya itu, tren kenaikan IHSG juga perlu diwaspadai dengan digugatnya Undang-Undang Pengampunan Pajak oleh pihak Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) di Mahkamah Konstitusi. Uji materi tersebut menambah kekhawatiran pelaku pasar pada hari ini.
(ags)