Per Juli 2016, Capital Inflow Capai Rp110 Triliun

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Senin, 25 Jul 2016 17:00 WIB
Derasnya aliran capital inflow dikarenakan penundaan kenaikan suku bunga The Fed dan repatriasi aset dari pengampunan pajak (tax amnesty).
Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, tren peningkatan aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri (capital inflow). Secara bulanan saja, Juni ke Juli, capital inflow tercatat tumbuh dari US$2,77 miliar menjadi US$3,23 miliar. di sepanjang Januari - 18 Juli 2016, BI mencatat, total capital inflow mencapai US$8,5 miliar atau setara dengan Rp110 triliun. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, tren peningkatan aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri (capital inflow). Secara bulanan saja, Juni ke Juli, capital inflow tercatat tumbuh dari US$2,77 miliar menjadi US$3,23 miliar.

Adapun, di sepanjang Januari - 18 Juli 2016, BI mencatat, total capital inflow mencapai US$8,5 miliar atau setara dengan Rp110 triliun.

"Ini menunjukkan adanya sentimen positif terhadap perekonomian Indonesia," ungkap Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI dalam Seminar Perkembangan Ekonomi Indonesia, Senin (25/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juda menilai, derasnya aliran capital inflow dikarenakan penundaan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). The Fed menunda kenaikan suku bunga setelah muncul kekhawatiran akan penguatan mata uang (dolar AS) yang terlalu cepat yang dinilai dapat memperburuk perekonomian AS pasca referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Britania Exit (Brexit).

Penundaan kenaikan suku bunga The Fed, menurut Juan, membuat para investor mengalihkan dana-dananya ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada saat yang bersamaan, pemerintah mengesahkan Undang-Undang Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty (UU Tax Amnesty) yang membuat munculnya para wajib pajak (WP) dari luar negeri untuk memberikan andil terhadap peningkatan capital inflow melalui repatriasi aset.

"Inflow meningkat karena adanya tax amnesty disamping juga faktor global, seperti penundaan kenaikan suku bunga The Fed," jelas Juda.

Di sisi lain, fundamental makro Indonesia yang kian membaik membuat Indonesia dilirik untuk mendapatkan aliran dana bersamaan dengan negara berkembang lainnya, yakni Filipina dan India.

"Fundamental makro Indonesia semakin membaik, defisit transaksi berjalan, inflasi, sehingga uang masuk diprediksi terus mengalir. Ini membuat Indonesia menjadi negara tujuan inflow bersama Filipina dan India karena dianggap memiliki prospek ekonomi yang baik," tutur Juda.

Adapun inflasi berada di angka 4 persen dan defisit transaksi berjalan 2,2 persen yang membuat likuiditas terjaga. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER