Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan membukukan iuran sebesar Rp22,19 triliun hingga semester I 2016. Pencapaian ini tercatat tumbuh 43,6 persen jika dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp15,45 triliun.
Agus Susanto, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan mengatakan, perolehan iuran tersebut sudah melampaui 52,02 persen dari target di sepanjang tahun ini yang sebesar Rp42,75 triliun.
"Pertumbuhan iuran tertinggi disumbang oleh iuran dari peserta Bukan Penerima Upah (BPU) atau tenaga kerja informal yang meningkat 188,02 persen," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan mencapai Rp227,33 triliun per 30 Juni 2016. Sebanyak 59,7 persen di antaranya ditempatkan di obligasi, 19,9 persen ditaruh di keranjang saham, 12,5 persen diparkir di deposito, dan 7 persen di reksa dana, serta 0,8 persen di properti dan 0,1 persen ditempatkan di penyertaan.
Adapun, dari sisi jumlah kepesertaan tercatat sebanyak 19.640.847 tenaga kerja, baik peserta program jaminan hari tua (JHT), program kecelakaan kerja (KK), program kematian maupun program terbaru BPJS Ketenagakerjaan, yakni program pensiun.
Ilyas Lubis, Direktur Perluasan Kepesertaan dan Hubungan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya menuturkan akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja formal atau penerima upah dalam program jaminan sosial tenaga kerja.
Sampai tahun 2018 mendatang, BPJS Ketenagakerjaan menargetkan menjangkau 80 persen tenaga kerja formal dari total seluruh tenaga kerja yang ada. Sebagai informasi, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 122 juta, itu berarti BPJS Ketenagakerjaan mematok tambahan 70 juta tenaga kerja formal.
(bir)