Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan membidik keuntungan dari hasil investasi (
return of investment/ROI) tahun ini mencapai 9,4 persen, naik dari tahun lalu yang mencapai 8,76 persen.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan target tersebut terbilang moderat namun cukup optimistis di tengah kondisi ekonomi yang bergejolak.
“Kami menyesuaikan dengan dinamika kondisi ekonomi saat ini, tingkat bunga deposito sudah dipangkas turun, instrumen investasi juga turun, kondisi pasar modal juga belum baik, kalau kami pasang target tinggi sekali kan di awang-awang. Tentu kami membuat target yang mudah diraih," kata Agus, Kamis (2/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, BPJS Ketenagakerjaan menggunakan beberapa instrumen investasi untuk mengelola dana investasi yang masuk. Ia mengatakan, surat utang menjadi instrumen investasi yang paling besar dimanfaatkan, dengan porsi sekitar 56 persen.
Jika dirinci, dana kelolaan tersebut kini ditampung dalam Surat Berharga Negara (SBN) dengan porsi 48 persen, deposito 15 persen, saham 20 persen, reksadana 8 persen dan 1 persen di investasi langsung.
Menurutnya saat ini deposito dan reksadana memberikan imbal hasil yang kurang menarik bagi BPJS Ketenagakerjaan oleh sebab itu perusahaan akan mempertimbangkan peralihan sejumlah porsi investasi guna mengantisipasi penurunan ROI.
“Kami akan lakukan evaluasi setiap saat, belum kami putuskan apakah akan switching ke mana pun, tapi kami ikuti perkembangan dinamika ekonomi," katanya.
Per April 2016, total dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan telah mencapai Rp220 triliun dengan total iuran mencapai Rp14 triliun. Realisasi tersebut sudah 89,4 persen dari target dana kelolaan yang dipatok perseroan Rp246 triliun sampai akhir tahun.
(gen)