Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menggandeng menteri perikanan negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk menjegal kejahatan penangkapan ikan secara ilegal (
illegal fishing).
Susi mengatakan, ketertelusuran (
traceability) ikan dan produk perikanan berperan sangat penting dalam memutus mata rantai
illegal fishing secara global. Ia menilai negara-negara perlu berbagi data sektor kelautan dan perikanan yang ada di masing-masing negara sebagai upaya mengembangkan transparansi sektor tersebut.
"Kita butuh lebih banyak kerja sama dalam berbagi data," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengemukakan jajarannya dengan terbuka akan berbagi daftar kapal-kapal yang memiliki izin untuk penangkapan ikan di kawasan perairan Indonesia. Susi pun menegaskan, transparansi data ikan dan produk ikan sebagai bagian dari aksi nyata bentuk pemberantasan penangkapan ikan ilegal secara berkelanjutan.
"Jadi bukan cuma menenggelamkan kapal, tapi dimulai dengan menelusuri data. Memastikan ikan yang ditangkap di mana, oleh siapa, berapa banyak, jualnya ke mana, dan proses di mana," kata Susi.
Langkah tersebut, lanjutnya, dinilai penting karena untuk mengurangi kegiatan penangkapan ilegal di perairan kawasan Asia Pasifik.
"Kalau semua Asia Pasifik, Asia Tenggara, Afrika, jadi satu di mana sudah meratifikasi Port State Measures Agreement Malaysia sudah, Vietnam sudah, Fiji September ini," jelasnya.
Menurutnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini dilarang melayani dan menyuplai apapun ke kapal-kapal pelaku IUU Fishing. Meskipun diakui masih banyak persoalan, di mana penangkapan ikan kerap melanggar peraturan, seperti bongkar muat di tengah laut atau transhipment.
"Ini inisiatif yang sudah ditandatangani banyak negara, Indonesia, Malaysia, Vietnam, Fiji sudah komit bersama dan ingin melaksanakan koordinasi tersebut untuk eliminasi IUU Fishing. Saya berharap, koordinasi ini bukan cuma hari ini," pungkasnya.
Untuk diketahui, acara Ministerial Meeting dihadiri Menteri Perikanan dan Kehutanan dari Fiji Oseea Naiqamu, Menteri Pertanian dan Agro berbasis Industri Malaysia Ahmad Shabery bin Cheek, dan Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan dan Pariwisata Palau Fleming Umiich Sengebau, Wakil Menteri Pertanian dan Pengembangan Daerah Terpencil Vietnam Vu Van Tam, serta perwakilan 22 negara dan 3 organisasi internasional.
Total peserta yang hadir sebanyak 90 orang dari Australia, Brunei Darussalam, Kamboja, Uni Eropa, Kenya, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Palau, Papua Nugini, Norwegia, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, dan negara lainnya.
(gir)