Jember, CNN Indonesia -- Dewan Pembina Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Abdus Setiawan memprediksi hasil produksi petani di sentra-sentra produksi tembakau pada semester II 2016 akan mengalami penurunan sekitar 40 persen dan berpotensi menaikkan impor tembakau.
"Turun sekitar 40 persen karena dampak La Nina pada semester I lalu. Tembakau petani yang ditanam sejak Mei lalu banyak yang mati sehingga harus tanam ulang dan masa panen baru terjadi pada Agustus mendatang," kata Abdus kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Tak hanya terganjal La Nina, terlambatnya masa tanam tembakau juga dipicu oleh lahan tanam yang masih ditanami padi sehingga untuk petani harus menunggu musim panen padi usai.
Abdus menambahkan, dua faktor tersebut membuat masa pengeringan tembakau menjadi sangat sempit. Padahal, di sisi lain, petani harus mengejar batas akhir penutupan gudang yang dilakukan oleh industri rokok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saat kemarau basah ini, petani akan sulit mengeringkan tembakaunya karena pengeringan dilakukan dengan bantuan sinar matahari sehingga riskan memperlama proses pengeringan tembakau," jelas Abdus.
Bila petani tidak bisa mengejar masa pengeringan, maka bukan tidak mungkin, seluruh tembakau petani tidak terserap oleh industri rokok. Pasalnya, industri rokok melakukan masa akhir pembelian tembakau dari petani atau tutup gudang pada awal Oktober.
"Ini bisa membuat tembakau tidak ada yang membeli. Kalau pun ada yang beli, harganya pasti anjlok. Dampaknya, industri rokok akan mengejar pasokan dari impor," tambahnya.
Bila industri rokok membuka keran impor, tentu rencana pemerintah untuk mengurangi impor tembakau tidak akan berhasil. Pasalnya, kebutuhan industri rokok terus meningkat, namun di saat yang bersamaan, pasokan dalam negeri tidak dapat mencukupi.
Menurut Abdus, saat impor nanti, industri rokok akan banyak mengimpor tembakau jenis
Virginia Flue Cured (FC) dari China, Brazil, India, atau pun Zimbabwe. Pasalnya, sentra Virginia FC yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Terlebih dengan hambatan La Nina, membuat jumlah tembakau Virginia FC kian sedikit di sentra-sentra produksi. Namun, Abdus belum bisa memberikan perkiraan kuota impor untuk menutupi kekurangan pasokan tembakau saat ini.
Sebagai informasi, Data Kementerian Pertanian menyebutkan pasokan tembakau dalam negeri tahun 2015 sebanyak 163.187 ton. Sedangkan Data Center for Indonesia Taxation Analyst (CITA) mencatat, kebutuhan tembakau industri rokok mencapai 363.130 ton.
(tyo/tyo)