Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta menyatakan angka kemiskinan di ibukota tahun ini turun dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini berbeda dengan survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya yang menyatakan angka kemiskinan per Maret 2016 meningkat dibanding September 2015.
"Saya tunjukkan data, dari tahun ke tahun turun. Sekarang garis kemiskinan Jakarta itu 4,71 persen dibanding dari tahun sebelumnya 8-10 persen," kata Kepala Kantor BI DKI Jakarta Doni P. Joewono, Senin (1/8).
Ia mencatat persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk Jakarta pada 2013 tercatat sebesar 7,49 persen, lalu meningkat pada 2014 menjadi 9,91 persen. Jumlah tersebut kemudian turun menjadi 8,84 persen pada 2015, dan tahun ini menjadi 4,71 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan angka kemiskinan ini, kata Doni, disebabkan oleh pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Sementara penyebab kemiskinan tahun ini, katanya berubah dibandingkan 2015. Tahun lalu kemiskinan disebabkan oleh bahan makanan, sedangkan tahun ini dipengaruhi oleh faktor non makanan seperti perumahan dan transportasi.
"Jadi orang Jakarta itu gajinya sebagian besar untuk perumahan, kontrak rumah. Gaji orang Jakarta itu habis untuk transportasi, makanya jadi miskin gara-gara itu," tutur Doni.
Ia menilai kebijakan yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah tepat untuk mengurangi angka kemiskinan, yaitu dengan menyediakan rumah susun dan transportasi gratis. Program bantuan sosial yang dialokasikan untuk dapat merealisasikan program tersebut juga meningkat dari Rp500 miliar pada 2015, menjadi Rp3,5 triliun tahun ini.
Survei BPSSementara survei yang dilansir BPS menyebut jumlah penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2016 sebesar 384,30 ribu orang atau setara 3,75 persen. Angka ini meningkat dibandingkan dengan September 2015 sebanyak 368,67 ribu orang atau 3,61 persen.
Menurut Doni, BPS tidak membandingkan data tersebut secara seimbang.
“BPS membandingkan antara Maret 2016 dengan September 2015, kan tidak
apple to apple. Kita harus liat setahun dan analisis," tutur Doni.
Selain itu, pada Maret konsumsi dan harga bahan makanan naik menjelang perayaan lebaran yang membuat garis kemiskinan juga naik. Sementara itu pada September harga sudah mulai kembali stabil.
(gen)