Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia belum bisa menembus level 5 persen pada kuartal II 2016. Pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi hanya akan berkisar 4,9 persen.
Mohammad Faisal, Direktur Penelitian Center of Reform on Economic (CORE) menuturkan, berdasarkan kalkulasinya, perekonomian nasional hanya akan melaju pada kisaran pertumbuhan 4,85-4,9 persen pada kuartal II 2016. Kisaran tersebut tak jauh berbeda dan bahkan lebih rendah dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,92 persen.
Menurutnya, faktor pendorong perekonomian terbesar masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, yang diperkirakan tumbuh sebesar 4,5 persen (year on year).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau konsumsi makanan pertumbuhannya relatif tetap, konsumsi sandang relatif malah turun tetapi konsumsi tersier untuk golongan masyarakat menengah ke atas sudah mulai bergairah tetapi juga tidak terlalu besar,”ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/8).
Sementara untuk belanja pemerintah, kata Mohammad, trennya sudah mulai membaik jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.
Selanjutnya investasi, ia memperkirakan tumbuh sebesar 5,5 persen atau relatif sama dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, ekspor dan impor tampaknya masih belum berkontribusi signifikan karena trennya masih melemah, yang tercermin dari menipisnya surplus neraca perdagangan.
Sebagai informasi, neraca perdagangan Indonesia surplus US$3,59 miliar atau lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu US$4,35 miliar.
Proyeksi hampir sama juga dikemukakan ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual. Ia memperkirakan peekonomian Indonesi pada triwulan kedua tahun ini hanya akan tumbuh sekitar 4,9 persen. Kendati demikian, akan terjadi kenaikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu 4,67 persen.
“Belanja pemerintah juga membaik, ini membantu menopang (perekonomian), tetapi dari sisi pertumbuhan tetap lebih rendah dari ekspektasi,” ujarnya.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II sedikit membaik dari capaian kuartal pertama yaitu di kisaran 4,95 persen.
Berdasarkan analisisnya, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh 4,96 persen atau sedikit lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,94 persen. Hal itu didorong oleh faktor musiman, yaitu masuknya bulan Ramadhan pada pertengahan Juni dan tren menurunnya inflasi.
“Indikator-indikator yang menunjukkan peningkatan konsumsi masyarakat antara lain penjualan mobil yang tumbuh 9 persen, peningkatan jumlah uang beredar, perbaikan penjualan ritel, dan peningkatan indeks kepercayaan konsumen,” ujarnya.
Namun demikian, lanjutnya, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebagai cerminan investasi diperkirakan melambat dibandingkan kuartal pertama. Indikasinya terlihat dari konsumsi semen yang pertumbuhannya hanya sebesar 5 persen atau lebih rendah dibandingkan kuartal pertama tahun ini sebesar 6,7 persen.
“Meskipun, dari sisi realisasi belanja modal sudah meningkat 30 persen dibandingkan tahun lalu,”ujarnya.
Hal itu didukung oleh penyerapan belanja pemerintah yang tumbuh 20 persen menjadi Rp288 triliun.
Di sektor perdagangan, net ekspor diperkirakan sedikit membaik karena ada peningkatan volume ekspor, dari minus 8 persen pada kuartal II tahun lalu menjadi minus 3 persen.
(ags)