Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku salah satu alasan dirinya merombak anggaran pemerintah adalah karena ingin mengembalikan kepercayaan (
confidence) pasar, dalam hal ini pelaku usaha dan investor, di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian.
“Buat mereka (pelaku usaha) kalau mereka mau pinjam uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, apakah itu dalam bentuk modal kerja atau dalam bentuk modal investasi, mereka harus punya
confidence bahwa ekonominya akan baik sehingga investasinya akan kembali,” tutur Sri Mulyani saat ditemui di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Jumat(5/8).
Pada kuartal II tahun ini, pertumbuhan investasi mengalami perlambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh sebesar 5,06 persen secara tahunan (yoy) atau melambat dari capaian kuartal sebelumnya 5,57 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlambatan pertumbuhan investasi juga diperkuat dengan turunnya penjualan semen pada kuartal lalu. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pertumbuhan penjualan semen kuartal kedua hanya 5 persen secara tahunan. Padahal, pada kuartal sebelumnya, penjualan semen bisa tumbuh 6,7 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan investasi kemungkinan akan berlanjut hingga kuartal III. Pasalnya, optimisme pelaku bisnis yang tercermin dari indeks tendensi bisnis kuartal ketiga tahun ini diperkirakan hanya sebesar 109,06, lebih rendah dibandingkan realisasi kuartal II sebesar 110,24 poin.
Guna mengembalikan kepercayaan pasar, lanjut Sri Mulyani, pemerintah melakukan penyesuaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016 (APBNP) menjadi lebih realistis.
Sri Mulyani telah mengumumkan bahwa realisasi penerimaan perpajakan hingga akhir tahun akan meleset sebesar Rp219 triliun dari target Rp1.539,2 triliun. Untuk itu, pemerintah harus memangkas belanja negara sebesar Rp133,8 triliun yang terdiri dari belanja kementerian/lembaga sebesar
“Di sinilah letaknya kenapa kami perlu untuk merevisi APBNP ini yaitu untuk menciptakan
confidence lagi bahwa APBN tidak menjadi instrumen yang memberatkan ekonomi tetapi mendorong ekonomi. APBN tidak menjadi sumber ketidakpastian tetapi menjadi sumber kepastian,” ujarnya.
(gir)