Jakarta, CNN Indonesia -- Industri asuransi tanah air membukukan premi sebesar Rp 160,21 triliun per Juni 2016. Pencapaian ini tercatat tumbuh berlipat-lipat jika dibandingkan dengan posisi awal tahun ini yang cuma Rp24,67 triliun.
Berdasarkan Statistik Asuransi yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kontribusi sektor asuransi jiwa paling ciamik di antara sektor-sektor asuransi lainnya. Sektor ini menyumbang pendapatan premi sebesar Rp61,17 triliun.
Maklumlah, ketimbang sektor asuransi lainnya, sektor asuransi jiwa lebih bersifat jangka panjang. Selain itu, produk asuransi jiwa banyak didominasi oleh produk-produk berbasis investasi. Sehingga, premi-premi yang dihimpun dari masyarakat mengendap dan diputar melalui berbagai instrumen investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diikuti oleh kontribusi pendapatan premi asuransi sosial, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, sebesar Rp55,24 triliun. Lalu, sektor asuransi umum Rp26,62 triliun, sektor reasuransi Rp6,17 triliun dan sektor asuransi wajib Rp5,77 triliun.
Namun, pertumbuhan premi yang berlipat-lipat juga diikuti oleh peningkatan klaim. Sampai separuh pertama tahun ini, industri asuransi tercatat membayarkan total klaim sebesar Rp99,25 triliun. Total klaim industri asuransi pada Januari 2016 hanya tercatat Rp16,95 triliun.
Klaim terbanyak berasal dari sektor asuransi sosial, yaitu Rp41,76 triliun. Diikuti oleh sektor asuransi jiwa yang notabene pendapatan preminya melampaui sektor-sektor lainnya, yakni Rp36,25 triliun, asuransi umum Rp14,38 triliun, asuransi wajib Rp4,56 triliun dan reasuransi Rp2,28 triliun.
Secara keseluruhan, industri asuransi nasional mencatatkan aset sebesar Rp872,02 triliun per Juni 2016. Di antaranya sebesar Rp705,36 merupakan aset yang diinvestasikan dan sisanya Rp166,65 triliun sebagai aset bukan investasi.
Sebelumnya, survei Pricewaterhouse Coopers melansir, eksekutif asuransi di Indonesia optimis memprediksi pertumbuhan positif industri asuransi di tahun ini. Sebanyak 50 persen responden bilang, pertumbuhan bisnis asuransi nasional akan tumbuh mencapai 20 persen. Sementara, 16 persen responden lainnya memperkirakan, pertumbuhan bisnis asuransi tidak akan lebih dari 10 persen.
"Pendapat tentang pertumbuhan masih optimis. Meskipun, baru-baru ini ekonomi mengalami perlambatan dan pasar investasi mengalami masa sulit di tahun lalu," ujar David Wake, Financial Services Leader PwC Indonesia belum lama ini.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memprediksi, bisnis asuransi yang bergerak di sektor produktif akan lebih cemerlang tahun ini. Hal ini sejalan dengan program pembangunan proyek infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah.
Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI mengungkapk, potensi bisnis sektor ini tercermin dari meningkatnya pertumbuhan premi asuransi di segmen maritim, seperti asuransi kerangka kapal, asuransi pengangkutan, permesinan, asuransi kredit, termasuk penjaminan.
Hendrisman Rahim, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) optimistis, asuransi jiwa nasional bisa tumbuh 20 persen hingga akhir tahun nanti. Pertumbuhan positif akan terjadi di premi bisnis baru maupun premi lanjutan.
(bir)