LPS Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Kredit jadi 10 Persen

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 08 Agu 2016 21:38 WIB
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah membuat LPS memangkas perkiraan pertumbuhan kredit tahun ini.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah membuat LPS memangkas perkiraan pertumbuhan kredit tahun ini. (ANTARA FOTO/Eric Ireng).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 5 persen, dibandingkan proyeksi yang dibuat sebelumnya 5,3 persen. Hal tersebut turut menekan permintaan kredit yang menurut LPS hanya akan tumbuh 10 persen, dibandingkan target awal 13 persen.

Laporan analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan kuartal II 2016, Ekonom LPS Mochammad Doddy Ariefianto dan Seto Wardono menjelaskan ekonomi dan sistem keuangan Indonesia pada kuartal I secara kualitatif berada dalam kondisi normal sama seperti kondisi sebelumnya.

Namun dari enam aspek yang dipantau LPS, terdapat tiga aspek yang mengalami pelemahan kinerja selama kuartal I lalu yakni aktivitas bisnis domestik, kebijakan fiskal dan sistem perbankan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Doddy melihat sampai saat ini, pelemahan kualitas kredit serta perlambatan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) membayangi kinerja perbankan.

Bahkan rasio kredit bermasalah (NPL) juga membuntuti hingga menyentuh level 2,93 persen pada April lalu. Sementara pertumbuhan kredit hingga April juga melemah menjadi 7,95 persen dibandingkan pertumbuhan tahun lalu.

"Dengan memperhatikan perkembangan ini kami menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit tahun ini dari 13 persen menjadi 10 persen. Pertumbuhan DPK juga kami pangkas dari 10,2 persen menjadi 8 persen,” ujar Doddy dalam riset, dikutip Senin (8/8).

Doddy menyebut, pertumbuhan kredit dan DPK pada semester II akan banyak bergantung pada eksekusi anggaran belanja pemerintah pusat dan daerah.

LPS juga melihat kedepannya arah pertumbuhan perbankan masih tertekan akibat melemahnya berbagai sektor ekonomi yang masih mengalami perlambatan seperti tambang dan komoditas.

"Prospek perbankan juga kami pandang melemah selaras dengan ekspektasi berlanjutnya tekanan terhadap kualitas kredit serta pertumbuhan kredit dan DPK akibat aktivitas ekonomi yang masih melemah," jelas Doddy.

Imbal Hasil

Kendati diproyeksi masih mengalami tekanan, namun Doddy berpendapat fundamental makroekonomi yang stabil saat ini masih menjanjikan imbal hasil yang menarik bagi para investor. Dengan skala ekonomi dan tingkat konsumsi masyarakat yang besar, Doddy melihat Indonesia masih menjadi negara yang menarik bagi investor.

Hal ini yang bisa dimanfaatkan oleh perbankan untuk meningkatkan kredit salah satunya dengan menurunkan tingkat bunga kredit terutama untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Tren suku bunga sendiri berdasarkan pemantauan oleh LPS hingga Juni 2016, secara rata-rata terus mengalami penurunan. Begitu pula dengan suku bunga pasar simpanan valas, ditambah likuiditas valas yang masih longgar akibat kredit valas yang terus menurun jumlahnya.

"Tren penurunan bunga deposito kami perkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun walau dengan angka yang lebih rendah," kata Doddy. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER