Sukses Gencet Pembiayaan Macet, BSM Kini Fokus Kejar Target

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 15 Agu 2016 14:15 WIB
Dengan rasio pembiayaan bermasalah yang mulai membaik pada semester I, Dirut BSM Agus Sudiarto optimistis dapat mencapai target laba Rp300 miliar.
Dengan rasio pembiayaan bermasalah yang mulai membaik pada semester I, Dirut BSM Agus Sudiarto optimistis dapat mencapai target laba Rp300 miliar. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Syariah Mandiri (BSM) sukses menurunkan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance/NPF) gross menjadi 5,58 persen, turun 109 basis poin dari 6,67 persen di semester I tahun lalu.

Sementara itu, NPF Nett berada di kisaran 3,74 persen per Juni 2016 atau turun dibandingkan posisi Juni 2015 sebesar 4,7 persen.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto mengatakan pada semester I 2016 lalu, seluruh indikator kinerja keuangan perseroan mengalami pemulihan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Per Juni 2016, Bank Syariah Mandiri membukukan pertumbuhan laba bersih 26,67 persen dari semula Rp132 miliar menjadi Rp168 miliar per Juni 2016.

Perolehan laba tersebut antara lain ditopang naiknya pemasukan dari aset yang pernah dihapus buku (cash recovery ex write off) yang naik 31,58 persen pada Juni 2015 senilai Rp171 miliar menjadi Rp225 miliar per Juni 2016.

“Setelah pembiayaan bermasalah teratasi, kami kini fokus kepada peningkatan bisnis sesuai corporate plan yang telah disusun,” kata Agus, Senin (15/8).

Agus menyebut manajemen kini fokus pada penjualan produk utama yakni Cicil dan Gadai Emas, Tabungan Mabrur Junior dan Tabungan BSM, Pembiayaan Griya, Pembiayaan Pensiun, dan Pembiayaan Mikro.

Dengan kondisi yang mulai membaik pada semester pertama, Agus Sudiarto optimistis BSM dapat mencapai target laba Rp300 miliar hingga akhir 2016.

Sementara itu Direktur Keuangan dan Strategi BSM Agus Dwi Handaya menyebut, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga menunjukan pertumbuhan positif. Per posisi Juni 2015, DPK BSM Rp59 triliun dan naik sebesar 7,82 persen menjadi Rp64 triliun per posisi Juni 2016.

Perolehan DPK didorong oleh pertumbuhan giro sebesar 6,25 persen dari semula Rp6,86 triliun per Juni 2015 menjadi Rp7,1 triliun per Juni 2016.

Kinclongnya pertumbuhan DPK BSM, diikuti dengan Tabungan yang tumbuh sebesar 11,25 persen, dari semula Rp22,05 triliun menjadi Rp25 triliun per Juni 2016. Adapun Deposito tumbuh 5,68 persen semula Rp30,43 triliun per Juni 2015 menjadi Rp32,16 triliun per Juni 2016.

Perolehan DPK dari Giro dan Tabungan, menjadikan komposisi dana murah BSM per posisi Juni 49,58 persen, atau naik dibandingkan komposisi dana murah pada periode serupa tahun sebelumnya yang sekitar 48,56 persen.

"Untuk menjaga pendapatan, manajemen BSM menempatkan dana pada surat berharga dengan total Rp6,57 triliun. Di mana sekitar Rp4 triliun ditempatkan pada private placement project based sukuk Kementerian Keuangan," ujar Agus Handayana.

Untuk pembiayaan, BSM berhasil tumbuh sebesar 4,49 persen atau meningkat Rp2,3 triliun dari semula sebesar Rp50,4 triliun per Juni 2015 menjadi Rp52,7 triliun. Target pertumbuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun sebesar 7 persen atau sekitar Rp4 triliun.

Sementara pembiayaan UKM (kecil dan mikro) per Juni 2016 berhasil mencapai Rp14,06 triliun, naik sebesar 25.51 persen dari Juni 2015 sebesar Rp11,21 triliun. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER