Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan, kinerja ekspor nasional biasanya menurun pasca perayaan Lebaran setiap tahunnya. Karenanya, kinerja ekspor kemungkinan besar akan kembali tertekan pada bulan ini setelah sempat menembus rekor tertinggi sejak awal tahun.
Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS menjelaskan, risiko penurunan ekspor pada bulan ini karena dipengaruhi kegiatan ekonomi yang biasanya masih belum optimal pasca libur lebaran.
“Saya perhatikan, setiap lebaran apakah itu terjadi di awal bulan, tengah bulan, akhir bulan, akan mempengaruhi ekspor-impor bulan tersebut. Ekspor-impornya selalu turun,” ujar Sasmito di kantornya, Jumat (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tren tersebut, kata Sasmito, mempengaruhi nilai ekspor-impor pada bulan yang kebetulan terselip Lebaran. Pasalnya, mitra dagang Indonesia di luar negeri biasanya telah mengantisipasi libur lebaran dari jauh-jauh hari sehingga menghentikan transaksi untuk sementara waktu.
“Sebenarnya di bulan Juni ini, importir di luar negeri ini mungkin kejar tayang juga karena mereka (importir) sudah mengetahui bahwa di bulan Juli produsen-produsen di Indonesia akan slowdown,” jelasnya.
Kendati demikian, ia optimistis surplus neraca perdagangan Indonesia tetap terjaga pada Juli ini.
BPS mencatat, neraca perdangan Indonesia pada Juni lalu mengalami surplus sebesar US$901 juta, yang berasal dari selisih positif antara ekspor (US$12,92 miliar) dengan impor (US$12,02 miliar). Surplus tersebut meningkat dari capaian Mei, US$373,6 miliar.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Juni 2016 mengalami surplus sebesar US$4,47 miliar. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan surplus semester I tahun lalu yang sebesar US$4,35 miliar.
(ags)