Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun menilai usulan target penerimaan negara yang lebih rendah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN 2017) sebuah sinyal penurunan optimisme pemerintah.
Dalam RAPBN 2017, target penerimaan negara diusulkan sebesar Rp1.737,63 triliun, turun 2,72 persen dari target tahun ini sebesar Rp1.786,23 triliun.
"Kita boleh relistis tetapi optimisme tidak boleh kita redam," tutur Misbakhun saat ditemui di Kompleks Gedung MPR dan DPR, Selasa (16/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misbakhun mengungkapkan, DPR dan pemerintah dua tahun terakhir berkomitmen untuk menyampaikan pesan optimis di tengah perlambatan kondisi perekonomian. Namun, bukan berarti APBN yang disusun tidak realistis dan kredibel.
"Kita (DPR dan pemerintah) selama ini sangat realistis, tapi untuk membangun optimisme di dalam keadaan yang sulit ini yang kita butuhkan adalah harapan,"tutur anggota Fraksi Partai Golkar ini.
Dia kemudian mengkritisi penurunan target penerimaan perpajakan, dari Rp1.539,17 triliun pada tahun ini menjadi Rp1.495,89 triliun. Misbakhun mempertanyakan alasannya mengingat pemerintah telah menggadang-gadang program amnesti pajak sebagai instrumen kebijakan untuk memperbaiki basis data pajak dan mendongkrak penerimaan.
"Seharusnya ya data basis pajak yang diperoleh 2016 ini kan bisa dipakai untuk men-generate penerimaan pajak baru dari penerimaan pajak yang ada," ujarnya.
Kendati demikian, ia memastikan Komisi XI DPR selaku mitra kerja pemerintah siap membahas bersama RAPBN 2017 mulai bulan ini. Menurutnya, ia dan legislator lainnya akan menunggu presentasi dan penjelasan pemerintah, yang akan diwakilkan oleh Kementerian Keuangan dan instansi lain yang terkait dalam penyusunan postur anggaran tahun depan.
(ags/gen)