Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyatakan pasar uang Indonesia menyerap sekitar 28 persen dari total modal asing US$33 miliar yang berputar di negara-negara berkembang pada paruh pertama tahun ini.
Salah satu instrumen investasi pasar uang yang paling favorit di mata pemodal asing adalah obligasi negara, yang nilainya mencapai Rp118 triliun.
"Menurut data yang kami terima dari Januari hingga Juni, Indonesia menikmati 28 persen inflow ke
emerging market. Memang flow yang masuk pada 2016 ini belum sebagus flow waktu tahun 2014," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, Kamis (25/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan derasnya aliran modal asing, Mirza menjamin kecukupan likuiditas perbankan nasional. Namun di sisi lain, BI mewaspadai penguatan rupiah yang berlebihan akibat melimpahnya pasokan dolar AS.
Selain itu, ia juga mengkhawatirkan sentimen global lainnya, seperti pertumbuhan ekonomi China yang belum stabil dan rencana kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan.
Untuk yang terakhir, Mirza memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuan sekali pada tahun ini.
"Kalau The Fed, melihat perekonomian AS tidak sebaik perkiraan awal tahun, tampaknya kalau naik Fed Rate paling hanya sekali atau tidak sama sekali," katanya.
Sementara jika melihat situasi dalam negeri, lanjutnya, perkembangan beberapa indikator makro ekonomi masih positif bagi perekonomian domestik. Antara lain tercermin dari defisit transaksi berjalan yang menipis serta laju inflasi yang terkendali. Semua itu, menurutnya, membuat bank sentral lebih percaya diri dalam mengelola kebijakan moneter.
"Dan BI mood-nya karena melihat angka makronya terkedali, kita turunkan suku bunga sudah beberapa kali. Kami juga melihat masih ada ruang untuk melakukan pelonggaran moneter ke depannya," ujar Mirza.
(ags/gen)