Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden China Xi Jinping mengatakan, ekonomi global sedang terancam oleh aksi proteksionisme yang semakin meningkat serta risiko dari pasar keuangan.
Peringatan itu disampaikan Xi saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi para pemimpin negara-negara G20 di Hangzhou Internasional Expo Center (HIEC), China, Minggu (4/9).
"Ekonomi global telah tiba di saat yang penting dalam menghadapi permintaan yang lambat, volatilitas pasar keuangan, serta pelemahan perdagangan dan investasi," kata Xi seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kemajuan teknologi yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi periode-periode sebelumnya secara bertahap memudar. "Sementara babak baru revolusi teknologi dan industri belum mendapatkan momentum," katanya.
Untuk itu, Xi meminta pemimpin negara-negara G20 untuk mencocokkan kata-kata mereka dengan tindakannya. "Kita harus mengubah kelompok G20 menjadi tim tindakan, bukan toko bicara," katanya.
Wakil Ketua Sekretaris Kabinet Jepang Koichi Hagiuda mengatakan, negara-negara anggota kelompok 20 ekonomi terbesar dunia (G20) menyepakati bahwa semua langkah-langkah kebijakan--termasuk reformasi moneter, fiskal dan struktural--harus digunakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid dan berkelanjutan.
"Komitmen akan dilakukan untuk memanfaatkan ketiga alat kebijakan, yakni kebijakan moneter, fiskal dan reformasi struktural untuk mencapai pertumbuhan yang solid, berkelanjutan, seimbang dan inklusif," kata Hagiuda kepada wartawan di sela-sela KTT.
Ketegangan Meningkat Namun beberapa pemimpin G20 justru mulai menunjukkan perselisihan terkait beberapa isu, mulai dari perdagangan dan investasi, kebijakan pajak serta kelebihan kapasitas industri.
Contohnya ketika Xi melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Ia mengutarakan harapannya agar Australia menciptakan lingkungan kebijakan yang adil, transparan dan dapat diprediksi bagi investor asing.
China marah ketika Australia memblokir dana sebesar A$10 miliar (US$ 7,7 miliar) yang merupakan hasil penjualan grid (jaringan listrik) terbesar di negara itu untuk penawarnya di China pada bulan lalu.
China menuduh Australia melakukan proteksionis dengan memblokir tawaran untuk grid, setelah sebelumnya melakukan hal yang serupa terhadap rencana pembelian hewan ternak oleh konsorsium perusahaan China dari perusahaan Kidman & Co.
Beijing juga mengkritik Australia, sebagai sekutu AS yang setia, atas aksi penerbangan pengintaian di atas pulau sengketa di Laut Cina Selatan.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan China harus menyiapkan mekanisme untuk mengatasi masalah kelebihan kapasitas industri. Dia mengatakan kondisi itu tidak dapat diterima karena mengakibatkan industri baja Eropa kehilangan banyak lapangan pekerjaan dalam beberapa tahun terakhir.
"Kelebihan kapasitas adalah masalah global tetapi ada unsur China tertentu," katanya dalam konferensi pers.
Gelaran KTT G20 yang akan berlangsung hingga 5 September 2016 esok mengusung tiga pilar utama, yakni inovasi, revolusi industri baru, serta ekonomi digital. Kesemuanya itu akan dibahas dalam lima sesi selama KTT berlangsung. Presiden Joko Widodo sendiri mendapat kehormatan untuk menjadi pembicara utama pada sesi kedua gelaran kali ini.
(ags)