SETAHUN PAKET EKONOMI

BEI: Paket Ekonomi DIRE Terhambat Tarik Ulur BPHTB

CNN Indonesia
Jumat, 09 Sep 2016 13:07 WIB
Pemerintah pusat telah meminta pemerintah daerah untuk menurunkan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang masih 5 persen.
Pemerintah pusat telah meminta pemerintah daerah untuk menurunkan tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang masih 5 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menganggap paket kebijakan ekonomi XI mengenai pemberian insentif tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi perusahaan yang menerbitkan Dana Investasi Real Estate (DIRE) belum berdampak positif bagi pasar modal Indonesia.

"Dampaknya belum karena masih menunggu masing-masing daerah menurunkan BPHTB nya untuk DIRE," ucap Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan, Rabu (7/9).

Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan insentif ke produk DIRE sejak paket ekonomi V yang diluncurkan 22 Oktober 2015. Namun, penegasan inesntif BPHTB baru terjadi pada rilis paket ekonomi XI pada 29 Maret 2016, dengan adanya pembahasan BPHTB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah pusat sendiri tengah meminta pemerintah daerah (Pemda) untuk menurunkan tarifnya yang saat ini masih 5 persen. Sementara itu, pemerintah pusat telah menurunkan tarif BPHTB dari 5 persen menjadi 1 persen.

"Masih dirasa tinggi kalau 5 persen itu, makanya kami juga berharap daerah menurunkan menjadi satu persen," ungkapnya.

Seperti diketahui, hanya ada satu produk DIRE hingga saat ini yang dicatatkan di BEI sejak 2003, yang dirilis PT Ciptadana Asset Management. DIRE milik grup Lippo senilai Rp500 miliar tersebut diterbitkan dengan aset Solo Grand Mall, Jawa Tengah.

Namun, Nicky mengemukakan ada satu perusahaan yang akan meluncurkan produk DIRE pada tahun ini. Hanya saja ia enggan menyebutkan perusahaan tersebut, juga nilai aset yang akan diterbitkan.

"Ada satu yang sudah di pipeline, prosesnya masih di bursa dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," katanya.

Beberapa waktu lalu, Sinarmas Asset Management mengungkapkan rencananya untuk menerbitkan DIRE pada awal tahun 2017. Namun, perusahaan masih akan melihat hasil pengkajian atau evaluasi yang saat ini tengah dilakukan pihak internal terkait aset properti milik Sinarmas.

Untuk asetnya sendiri, yang akan ditawarkan yakni aset Sinarmas di PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSD) atau bisa juga perusahaan lain. Meski masih belum pasti kapan instrumen ini diterbitkan, tetapi perusahaan menargetkan dana sebesar Rp500 miliar-Rp 1 triliun dari diterbitkannya instrumen DIRE.

“Mungkin perusahaan lain juga bisa, ada perusahaan di luar grup. Kami juga merencanakan di luar grup ada investasi DIRE. Target kami Rp500 miliar sampai Rp1 triliun,” ujar Presiden Direktur Sinarmas Asset Management Hermawan Hosein, beberapa waktu lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER