Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II akan mengkaji ulang rencana perusahaan untuk menerbitkan obligasi global (
bond) yang akan dikeluarkan pada 2017.
Pelaksana tuhas (Plt) Direktur Utama AP II Djoko Murjatmodjo menyatakan, manajemen perusahaan akan melakukan evaluasi terhadap penerbitan obligasi yang baru saja resmi dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1 Juli lalu.
"Belum lah itu obligasi global, pelan-pelan dulu. Obligasi yang kemarin dulu aja, nanti kalau hasilnya bagus ya nanti kami liat lagi," ujar Djoko, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut ia menjelaskan, jika hasil evaluasi menunjukkan obligasi yang ditawarkan perusahaan diterima baik oleh investor, maka perusahaan tak akan membuang kesempatan untuk menerbitkan obligasi lagi.
"Kami mau evaluasi dulu obligasi yang pertama, bagaimana hasilnya. Kan kami kalau mau mengeluarkan obligasi harus lihat dulu dong, kekayaan kami bagaimana, karena kami mau rasio utang dengan ekuitas harus masuk dong, jadi nggak asal," ungkapnya.
Kendati demikian, perusahaan lebih memilih mengeluarkan obligasi biasa atau di dalam negeri. Hal ini karena perusahaan melihat potensi yang tinggi terhadap investor di dalam negeri.
"Tapi kan ngapain harus ke luar negeri dulu, dalam negeri dulu saja. Orang Indonesia kan banyak yang punya uang, Indonesia ini yang kaya rakyatnya," pungkasnya.
Sebelumnya, AP II sempat berencana untuk mengeluarkan obligasi global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS), setara Rp4 triliun-Rp6 triliun pada 2017. Hal ini disampaikan oleh mantan Direktur Utama AP II, Budi Karya Sumadi beberapa waktu lalu.
Budi menyatakan, rata-rata bunga untuk obligasi global bisa hanya 6 persen. Dengan begitu, akan lebih irit jika dibandingkan dengan bunga obligasi yang baru saja ditawarkan AP II yaitu 8,6 persen.
"Itu irit hampir 3 persen dari biaya bunga yang sekarang," ucap Budi beberapa waktu lalu.
Rencananya, obligasi global tersebut akan ditawarkan ke beberapa negara, seperti Singapura, Hong Kong, Inggris, Amerika Serikat, Irlandia, Swiss, dan Jepang.