Tak Menguntungkan, Pertamina Lepas 8 Blok Gas Metana Batubara

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2016 15:15 WIB
Delapan blok CBM diyakini Pertamina hanya memiliki cadangan yang sedikit sehingga tidak menguntungkan jika terus dikembangkan.
Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi, Gunung Sardjono Hadi di Jakarta, Rabu (7/9). (CNN Indonesia/Galih Gumelar).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina Hulu Energi (PHE) akan melepas hak pengelolaan delapan Wilayah Kerja (WK) gas metana batubara (Coal Bed Methane/CBM) karena dianggap tidak menguntungkan.

Presiden Direktur PHE Gunung Sardjono Hadi menjelaskan, aksi itu dilakukan karena cadangan gas di delapan WK itu hanya sedikit. Ia mengatakan, cadangan gas di sumur-sumur gas non-konvensional perusahaan hanya di bawah 0,1 MMSCFD.

Angka ini di bawah cadangan sumur-sumur CBM di Australia, di mana rata-rata cadangan gas di dalamnya bisa sebesar 0,3 hingga 0,5 MMSCFD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin ini disebabkan reservoir dan usia batubara di Indonesia sangat berbeda dari Australia. Dari segi keekonomian, tentu ini tidak begitu ekonomis," ujar Gunung, Rabu (7/9).

Selain cadangan yang sedikit, teknologi yang digunakan untuk eksplorasi juga masih konvensional, sehingga biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Pasalnya, saat ini perusahaan masih belum memiliki teknologi yang murah.

"Secara operasional kami masih menggunakan kaidah konvensional seperti pengeboran dan lainnya. Kami sedang mencari teknologi atau terobosan, seperti equipment yang lebih murah dan standar. Tapi, teknologi yang murah ini belum ada sertifikasinya," tambahnya.

Gunung mengaku sayang melepaskan delapan WK CBM, pasalnya saat ini sudah mencapai tahapan eksplorasi dan dewatering. Bahkan, perusahaan sudah menggelontorkan uang hingga US$30 juta demi pengembangan delapan blok gas non-konvensional tersebut.

Jual ke Perusahaan Lain

Ia melanjutkan, kedelapan WK ini nantinya akan dijual ke perusahaan lain yang berminat. Jika tidak ada yang berminat, maka perusahaan akan mengembalikan WK tersebut ke pemerintah.

"Bagi kami, mau eksekusi CBM, mau tidak, toh sama juga. Kalau tidak kami eksekusi, kami tetap bayar karena firm commitment. Tapi kalau kami eksekusi, ya biaya bisa membengkak karena kami kan harus tambah biaya operasional. Untuk hal ini, kami akan bicarakan ke Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," jelasnya.

Beberapa WK gas non-konvensional yang akan dilepas, menurutnya, adalah Tanjung, Sangatta, dan Muara Enim. Selain itu, blok yang dilepas hanyalah WK yang dioperatori PHE. Sehingga, PHE masih akan mempertahankan blok-blok di mana perusahaan hanya sekadar menjadi mitra saja.

"Kami hanya lepas blok-blok yang kami jadi operatornya saja, mengingat kami sudah masuk fase eksplorasi namun kondisinya tidak kondusif. Kami pun ingin energi serta biaya bisa difokuskan ke tempat lain. Untuk apa kami kembangkan yang kecil-kecil kalau ini tidak worth it?" imbuh Gunung.

Sebagai informasi, PHE berpartisipasi di 14 WK blok CBM dan 2 WK migas non konvensional (MNK). Dari 14 blok CBM, 8 diantaranya dioperatori langsung oleh PHE. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER