Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Energi Nasional (DEN) meminta manajemen PT Pertamina (Persero) menggunakan teknologi tinggi untuk meningkatkan kemampuan produksi kilang pengolahan minyak sebelum mulai menggarap proyek kilang baru. Pemanfaatan teknologi di kilang yang ada dinilai dapat meningkatkan volume produksi kilang dalam waktu yang lebih cepat.
Anggota DEN Rinaldy Dalimi mengatakan meningkatnya kapasitas produksi kilang Pertamina dapat mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
"Ini yang harus dilakukan sebelum membangun kilang yang baru, karena meningkatkan kemampuan produksi kilang yang ada lebih murah dan singkat waktunya dibandingkan membangun kilang baru," kata Rinaldy, Jumat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan Pertamina saat ini memiliki divisi research and development, baik yang berada di direktorat pengolahan maupun direktorat hulu (UTC/
upstream technology center).
Wianda menyebut Pertamina akan memperkuat penelitian dan pengembangan di dua direktorat perusahaan mengingat tuntutan masa depan di bidang energi sangat menantang, baik dari sisi produk dengan banyaknya proyek peningkatan kapasitas produksi kilang lama maupun kilang baru, sekaligus di direktorat hulu.
Ia mencatat kilang-kilang Pertamina saat ini memiliki Nielsen
Index Complexity (NCI) yang relatif rendah, yaitu di angka rata-rata 5-6. Melalui program dan proyek peningkatan kapasitas kilang menurut Wianda, Pertamina menargetkan dapat meningkatkan NCI menjadi rata-rata 9.
"Bahkan, untuk Kilang
Refinery IV Cilacap sebelum beroperasinya unit
Residuel Fluid Catalytic Cracker (RFCC) nilai NCI masih di level 3 sehingga kandungan residunya cukup tinggi," katanya.
Ia menambahkan RFCC unit merupakan teknologi yang memanfaatkan katalis untuk mengkonversi minyak berat atau pun residu, baik atmosferik maupun
vacuum residue oils, menjadi produk yang lebih bernilai, utamanya gasoline dan beberapa produk lainnya, seperti elpiji dan
propylene.
RFCC merupakan bagian dari
road map pengembangan kilang Pertamina untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan teknologi kendaraan di masa mendatang. Teknologi itu nantinya dapat meningkatkan produksi BBM jenis premium dari Kilang Cilacap menjadi 91 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya 61 ribu bph dengan memanfaatkan
residue dari unit-unit pengolahan yang ada sebelumnya.
Secara keseluruhan, NCI kilang Pertamina akan meningkat secara bertahap seiring mulai selesainya proyek RFCC, lalu Program Langit Biru Cilacap, dan dilanjutkan dengan RDMP yang
head of agreement (HoA)-nya akan segera ditandatangani antara Pertamina dan Saudi Aramco pada bulan ini.
Pertamina
Refinery Unit (RU) IV Cilacap di Jawa Tengah, selama ini dikenal sebagai kilang terbesar dari enam kilang yang dimiliki Pertamina karena memiliki kapasitas produksi hingga 348 ribu bph. Kilang yang dibangun pada 1974 itu memasok 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa dan 34 persen di Indonesia.
(gen)