Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi perdagangan barang dalam pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 mencapai US$800 juta, diluar transaksi jasa. Tahun lalu, jumlah transaksi dari barang dan jasa pada TEI mencapai US$909 juta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan, diharapkan jumlah pengunjung dalam pameran produk ekspor tersebut mencapai 14.700 orang dengan pembeli potensial dari dalam dan luar negeri.
Tercatat, total calon pembeli potensial asal luar negeri yang sudah melakukan registrasi untuk hadir pada TEI 2016 kurang lebih sebanyak 4.000 pembeli potensial. Menurut Arlinda, pada tahun ini pihaknya juga mengundang gubernur-gubernur yang ada di berbagai daerah untuk melihat potensi yang ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah calon pembeli potensial terbanyak berasal dari Nigeria mencapai 433 orang. Diikuti, Arab Saudi sebanyak 93 orang, india 83 orang, Indonesia 55 orang, Lebanon 49 orang, Kuwait 28 orang, Pakistan 19 orang, Amerika Serikat 18 orang, dan Argentina sebanyak 18 orang.
Pada TEI 2016 ini, Kemendag memfasilitasi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini. Sebelumnya, Kemendag sempat memberikan pendampingan bagi usaha tersebut untuk pengembangan produk.
Dua program pendampingan untuk UKM yang diberikan akan mendorong pelaku usaha ini untuk menembus pasar ekspor. Program tersebut adalah Fasilitasi Pendampingan Desain atau Designer Dispatch Service (DDS), dan Program Rebranding untuk pengembangan merek.
Peserta DDS yang juga diikutsertakan pada program rebranding akan menampilkan hasil karya mereka yang telah mendapatkan pendampingan dari para pakar di bidang desain dan merek. Namun demikian, peserta rebranding tidak hanya terbatas bagi para pelaku usaha yang mengikuti program DDS.
Hasil dari pelaksanaan kedua program tersebut akan ditampilkan pada pameran Trade Expo Indonesia ke-31 yang berlangsung pada 12-16 Oktober 2016, di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Melalui program-program pendampingan tersebut, diharapkan produk-produk Indonesia akan semakin menarik minat ribuan pengunjung dan buyer TEI.
Sejak 2011 silam, lebih dari 300 pelaku usaha dari berbagai daerah berpartisipasi dalam program rebranding yang diselenggarakan oleh Kemendag. Program tersebut menjadi salah satu fasilitas untuk pelaku usaha dalam upaya meningkatkan ekspor.
"Kemendag memfasilitasi para pelaku usaha berorientasi ekspor agar mereka mampu menciptakan brand identity yang kuat di tengah gempuran produk-produk negara lain pada perdagangan internasional," ujar Arlinda, seperti dikutip dari ANTARA, Minggu (11/9).
Menurut Arlinda, merek merupakan identitas suatu produk. Dengan merek yang kreatif dan inovatif, sebuah produk akan memperoleh posisi yang bagus dan memperkuat perhatian dari para konsumen, selain mengandalkan kualitas dan desain yang bagus.
Adapun, kegiatan rebranding dilaksanakan di Sumatera Utara, Kepulauan Riau (Batam), Banten, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya, akan diseleksi 50 pelaku usaha kategori International Corporate and Small Business (ICSB), berdasarkan kriteria innovation and creativity, customer discovery, funding, utilizing information technology, dan business model innovation.
Arlinda menuturkan, Kemendag bekerja sama dengan pakar rebranding. Para pelaku usaha diundang pada seminar mengenai pentingnya rebranding, mendalami brand positioning, dan brand personality masing-masing. Keduanya merupakan faktor penting dalam membangun brand identity. Brand identity diwujudkan melalui nama merek, logo, dan warna kemasan yang menarik untuk membedakannya dengan produk lain.
"Keluaran program rebranding adalah buku rekomendasi untuk setiap pelaku usaha yang diharapkan dapat memahami brand positioning produknya di pasaran, menciptakan merek baru yang mendukung usaha peningkatan daya saing produk, serta mampu mengkomunikasikan merek tersebut secara konsisten kepada konsumen potensial," terang dia.
(bir)