Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) menargetkan bisa memenuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 50 persen di dalam pembangunan setiap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 100 Megawatt (MW) pada 2025. Angka ini lebih besar dibanding TKDN saat ini yang berkisar di angka 40 persen.
General Manager (GM) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan PLN Eman Prijonowarsito menjelaskan, harapan itu muncul agar pelaku usaha nasional bisa menikmati perputaran uang yang dihasilkan dari bisnis PLTU. Pasalnya, pembangunan PLTU memiliki akumulasi investasi yang tidak sedikit.
Ia melanjutkan, di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016 hingga 2025, setidaknya akan ada 201 unit PLTU berkapasitas di bawah 100 MW dengan estimasi nilai investasi sebesar Rp150 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika TKDN di seluruh proyek itu bisa mencapai 50 persen, maka industri nasional setidaknya bisa menikmati Rp75 triliun.
"Maka dari itu, kami ingin sekali melibatkan TKDN yang lebih banyak untuk proyek ketenagalistrikan. Selain itu, secara jangka panjang, upaya ini juga bisa dianggap sebagai upaya penghematan belanja modal proyek karena kan porsi impor berkurang," ujarnya, Rabu (28/9).
Kendati demikian, perusahaan listrik pelat merah itu tidak yakin bisa meningkatkan porsi TKDN hingga 100 persen ke depan. Pasalnya, industri nasional belum bisa memproduksi generator dan turbin yang merupakan komponen mayoritas di dalam pembangunan PLTU. Sehingga dua komponen tersebut harus diimpor.
Industri LogamIa mengatakan, masalah utama yang dihadapi industri adalah belum adanya industri hulu logam yang mumpuni. Padahal, porsi TKDN di dalam PLTU bisa mencapai hampir 100 persen jika turbin dan generator bisa diproduksi secara domestik.
"Dalam era sekarang, tak semuanya bisa 100 persen TKDN. Tapi memang produksi turbin dan generator itu perlu, sehingga kami juga mendorong pembangunan
smelter agar hilirisasi mineral bisa maksimal," tambahnya.
Di samping itu, ia juga berharap pelaksanaan kontruksi (
Engineering, Procurement, and Construction/EPC) juga bisa dilakukan oleh kontraktor lokal agar bahan-bahan yang digunakan bisa memenuhi TKDN yang diinginkan. Namun menurutnya, kemampuan engineering kontraktor lokal juga masih belum sebanding dengan kemampuan kontraktor asing.
Namun, ia tetap gembira karena setidaknya ada enam kontraktor nasional yang siap membangun PLTU nasional, diantaranya PT Rekadaya Elektrika, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Truba Jaya Engineering, PT Bagus Karya, dan PT Rekayasa Industri.
"Jadi memang bukan kontraktor EPC-nya yang enggan membangun, tapi memang mereka tak punya kompetensi engineering seperti yang dibutuhkan. Kami berharap kedepannya makin banyak kontraktor lokal yang bisa mengerjakan proyek PLTU," tambahnya.
Sesuai dengan RUPTL, bauran energi pada tahun 2025 nanti terdiri dari batubara sebesar 50 persen, gas sebesar 29,4 persen, Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 19,6 persen, dan BBM sebesar 1 persen.
(gen)