Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang fokus menyedot minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri berhasil membukukan produksi 120.590 barel setara minyak per hari (BOEPD) sampai Agustus 2016.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam keterangan resminya mengatakan, realisasi produksi Pertamina di luar negeri sampai bulan lalu bahkan telah melampaui target yang dipatok manajemen sebesar 104.950 BOEPD sepanjang 2016.
Dwi menyebut, Irak sebagai negara penyumbang produksi terbanyak bagi Pertamina dengan kontribusi produksi
net to share 43,7 ribu BOEPD. Di Irak, Pertamina memiliki hak partisipasi sebesar 10 persen di Blok West Qurna 1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di susul dengan produksi dari Aljazair dengan produksi
net to share sebesar 41,13 ribu BOEPD dan Malaysia 35,77 ribu BOEPD.
Dwi berharap produksi perusahaan tempatnya bekerja bisa meningkat dari Aljazair, setelah kemarin ia meneken nota kesepahaman peningkatan kerjasama dengan Sonatrach, perusahaan pelat merah negara tersebut.
“Pertamina memiliki aspirasi penting untuk meningkatkan eksistensinya di luar negeri, termasuk di Aljazair. Penandatanganan nota kesepahaman ini akan menjadi landasan bersama antara Pertamina dan Sonatrach untuk terus tumbuh dan berkembang tidak hanya di Aljazair, melainkan juga melihat kesempatan dan peluang kerjasama di belahan dunia lainnya,” kata Dwi.
Berbekal nota kesepahaman ini, Pertamina dan Sonatrach akan melakukan analisis dan evaluasi atas peluang ekplorasi produksi baik di Aljazair, Indonesia dan negara lain. Pertamina dan Sonatrach juga memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek hulu, hilir, dan
services migas di kedua negara.
Sebagai informasi, kegiatan Pertamina di Aljazair dimulai sejak tahun 2013 lalu, dimana perusahaan mengakuisisi kepemilikan hak partisipasi ConocoPhillips Algeria Ltd, anak perusahaan ConocoPhilips, di Blok 405a, Aljazair dengan nilai Participating Interest (PI) sebesar 65 persen. Untuk memperoleh hak tersebut, Pertamina sampai harus merogoh kocek sebesar US$ 1,75 miliar.
(gen)